"Gile Fa, tiap hari gue perhatiin mobil elo gonti-ganti. Kemarin gue
liat lo pake Terios baru. Hari ini pake Avanza. Bokap elo tajir
bener",Demikian Alifa, sulung saya, mengulang kata teman sekolahnya
barusan lewat Line.
Jarak rumah ke sekolah sulung saya sekitar 6
kilometer, dan karena lokasinya, bila naik angkot harus tukar dua
trayek. Ongkosnya 2 x 3.000 = Rp 6.000 plus jalan kaki dari rumah ke
jalan raya dan jalan raya ke sekolah. Untuk ongkos satu bulan (25 hari)
perlu Rp 150.000,-.

Sejak ojek dan taxi aplikasi mulai marak beroperasi, tiap hari sekolah,
mereka berdua (kakak dan adik) beralih pakai ojek dan taksi aplikasi.
Enak, karena "door to door".
Hari ini adiknya lapor, ongkos ojek aplikasi yang biasanya Rp 8.000 per trip dapat diskon Rp 5.000, dia hanya bayar Rp 3.000. Kemarin karena hujan, dia pakai taxi aplikasi, tarif seharusnya Rp 16.000 hanya bayar Rp 9.000 karena dapat diskon.
Dalam sebulan, ongkos mereka gonta-ganti mobil dan motor baru tak lebih dari Rp 500.000,-.
Benar kata pepatah dulu (walau sedikit tak nyambung) : Cinta itu tak harus dengan memiliki. Dengan ojek dan taksi aplikasi tak ada lagi alasan untuk punya mobil lebih dari satu, malah kalau perlu tak usah punya mobil sebenernya. Toh kalau perlu tinggal pencet smartphone, datang mobil sama sopirnya. Gonta-ganti dan selalu baru lagi.
Maka bolehlah heran bila masih ada orang yang "ngotot" kerja untuk bisa nyicil mobil dua atau tiga...jumlah cicilan per bulan hingga puluhan juta, kemudian mobilnya diparkir, dijejer di jalanan karena tak punya garasi : untuk keperluan (sekedar) gaya dan antar jemput anak sekolah. Yang tiap kali harga bensin naik Rp 300 perak protesnya di Medsos dua tahun gak kelar-kelar...
Dan ketika ditawari untuk memiliki Program Dana Pensiun bilangnya duitnya belum ada karena lagi banyak cicilan.
Halaaah...endingnya jualan.
Hari ini adiknya lapor, ongkos ojek aplikasi yang biasanya Rp 8.000 per trip dapat diskon Rp 5.000, dia hanya bayar Rp 3.000. Kemarin karena hujan, dia pakai taxi aplikasi, tarif seharusnya Rp 16.000 hanya bayar Rp 9.000 karena dapat diskon.
Dalam sebulan, ongkos mereka gonta-ganti mobil dan motor baru tak lebih dari Rp 500.000,-.
Benar kata pepatah dulu (walau sedikit tak nyambung) : Cinta itu tak harus dengan memiliki. Dengan ojek dan taksi aplikasi tak ada lagi alasan untuk punya mobil lebih dari satu, malah kalau perlu tak usah punya mobil sebenernya. Toh kalau perlu tinggal pencet smartphone, datang mobil sama sopirnya. Gonta-ganti dan selalu baru lagi.
Maka bolehlah heran bila masih ada orang yang "ngotot" kerja untuk bisa nyicil mobil dua atau tiga...jumlah cicilan per bulan hingga puluhan juta, kemudian mobilnya diparkir, dijejer di jalanan karena tak punya garasi : untuk keperluan (sekedar) gaya dan antar jemput anak sekolah. Yang tiap kali harga bensin naik Rp 300 perak protesnya di Medsos dua tahun gak kelar-kelar...
Dan ketika ditawari untuk memiliki Program Dana Pensiun bilangnya duitnya belum ada karena lagi banyak cicilan.
Halaaah...endingnya jualan.
Comments
Post a Comment