Soal Kapasitas. Saya menunjuk seorang ibu yang kelihatannya bersemangat sekali untuk bertanya.
"Pak bagaimana caranya supaya bisa segera lepas dari jerat hutang, kadang saya sampai putus asa memikirkan hutang yang tak kunjung beres", demikian tanya ibu tersebut.
"Kalau boleh tahu, hutangnya berapa milyar bu",tanya saya, serius.
Si Ibu tersipu, menoleh ke kanan dan kiri dan dengan lirih bilang",Dua puluh juta pak, ke Bank XXX".
Saya menjawab sok relijiyes. Lihatlah bu, Tuhan menguji sebesar KAPASITAS manusia dengan berbagai macam cara : ada yang diberi harta melimpah, ada yang dianugerahi hutang yang melimpah. Kebetulan ibu diuji dengan hutang.
Seberapa besar kapasitas ibu diukur dari cara ibu menyelesaikan hutang tersebut, semakin "cerdas" ibu menyelesaikan hutang, maka sebenarnya "kelas" ibu makin naik.
Ibu diberi ujian dengan hutang Rp 20 juta, tapi sudah hampir putus asa, maka bagaimana caranya Tuhan akan berikan rezeki yang besar dan makin besar. Kemampuan ibu "mengelola" rezeki besar belum teruji...lha buktinya hutang Rp 20 juta saja sudah putus asa.
Kita ini suka nggak adil sama Tuhan. Berdoa minta hidup sejahtera, tapi usaha riilnya tak ada. Punya hutang dipikirin aja, tapi tak berusaha kreatif berfikir melakukan "sesuatu yang berbeda" untuk melunasi hutang itu.
Sudah tahu kalau dengan apa yang dilakukan selama ini hutangnya belum juga terbayar, tapi masih mengulang dan mengulang terus usaha yang sama. Tidak mau (sekedar) mendengar dan belajar dari orang lain.
Orang-orang yang diberi rezeki besar, tentu bukan tanpa sebab. Sebabnya jelas : Tuhan percaya akan kapasitas orang itu. Kapasitas untuk menerima cobaan yang besar pula. Orang yang diberi hutang "kecil" saja masih suka putus asa, tentu susah dipercaya menerima rezeki besar.
Jadi, jangan mau enaknya saja. Hutang banyak, tapi usahanya gitu-gitu saja. Mata dan telinganya ditutup saja, hanya iri hati bersimaharajalela.
Akhirnya : susah melihat orang senang, senang melihat orang susah.
** Disarikan dari salah satu pertanyaan, saat Sharing "Entrepreneurship" yang diprakarsai ibu Heny Lies di Semarang, 21 Januari 2017.

Saya menjawab sok relijiyes. Lihatlah bu, Tuhan menguji sebesar KAPASITAS manusia dengan berbagai macam cara : ada yang diberi harta melimpah, ada yang dianugerahi hutang yang melimpah. Kebetulan ibu diuji dengan hutang.
Seberapa besar kapasitas ibu diukur dari cara ibu menyelesaikan hutang tersebut, semakin "cerdas" ibu menyelesaikan hutang, maka sebenarnya "kelas" ibu makin naik.
Ibu diberi ujian dengan hutang Rp 20 juta, tapi sudah hampir putus asa, maka bagaimana caranya Tuhan akan berikan rezeki yang besar dan makin besar. Kemampuan ibu "mengelola" rezeki besar belum teruji...lha buktinya hutang Rp 20 juta saja sudah putus asa.
Kita ini suka nggak adil sama Tuhan. Berdoa minta hidup sejahtera, tapi usaha riilnya tak ada. Punya hutang dipikirin aja, tapi tak berusaha kreatif berfikir melakukan "sesuatu yang berbeda" untuk melunasi hutang itu.
Sudah tahu kalau dengan apa yang dilakukan selama ini hutangnya belum juga terbayar, tapi masih mengulang dan mengulang terus usaha yang sama. Tidak mau (sekedar) mendengar dan belajar dari orang lain.
Orang-orang yang diberi rezeki besar, tentu bukan tanpa sebab. Sebabnya jelas : Tuhan percaya akan kapasitas orang itu. Kapasitas untuk menerima cobaan yang besar pula. Orang yang diberi hutang "kecil" saja masih suka putus asa, tentu susah dipercaya menerima rezeki besar.
Jadi, jangan mau enaknya saja. Hutang banyak, tapi usahanya gitu-gitu saja. Mata dan telinganya ditutup saja, hanya iri hati bersimaharajalela.
Akhirnya : susah melihat orang senang, senang melihat orang susah.
** Disarikan dari salah satu pertanyaan, saat Sharing "Entrepreneurship" yang diprakarsai ibu Heny Lies di Semarang, 21 Januari 2017.
Comments
Post a Comment