Walau mungkin kita tak sepakat soal Presiden Indonesia setelah 2019 dan
siapa yang pantas jadi Gubernur tetangga sebelah, tapi bolehlah kita
sepakat bahwa jarak dan waktu makin nisbi hari-hari ini.
Tanggal 13-16 lalu saya berada di Kupang, NTT, sharing untuk teman-teman calon MDRT dari Kupang Chandra Utama Agency tentang “Asuransi sebagai Solusi Persoalan Waris dan Pajak”.
Tanggal 13-16 lalu saya berada di Kupang, NTT, sharing untuk teman-teman calon MDRT dari Kupang Chandra Utama Agency tentang “Asuransi sebagai Solusi Persoalan Waris dan Pajak”.
Perjalanan dari rumah di Bogor menuju Bandara Soekarno Hatta -120
kilometer- makan waktu hampir 3 jam, sama dengan perjalanan dari Bandara
Sukarno Hatta ke Kupang yang jaraknya 2500 kilometer.
Di ruang tunggu keberangkatan, kami bertemu dan langsung akrab dengan seorang ibu, PNS yang tahun depan bakal pensiun. Bu Ice, namanya. Dengan asyik kami bercerita soal anak, soal perjalanan-perjalanan. Wajahnya tampak lebih muda dari umur seharusnya. Rahasianya? Hidup minim tekanan.
Saat kami sampai Kupang, benarlah adanya. Jalanan lancar tanpa macet, senyum ramah menyapa kami di mana-mana, orang-orang yang bersahaja namun bahagia.
Apa rahasia itu semua? Bu Ice mengakhiri pertemuan kami kemarin dengan berkata”,Kami memilih tak bertikai atas dasar beda warna kulit dan agama, seperti orang-orang di Jakarta”.
“Di sini, kami memilih untuk berbahagia. Meringkas waktu dengan syukur, makan enak, canda dan tawa”.
Dan tadi malam, di hadapan sahabat-sahabat baru saya di Kupang, saya merasakan energi yang sama. Energi bahagia.
Di ruang tunggu keberangkatan, kami bertemu dan langsung akrab dengan seorang ibu, PNS yang tahun depan bakal pensiun. Bu Ice, namanya. Dengan asyik kami bercerita soal anak, soal perjalanan-perjalanan. Wajahnya tampak lebih muda dari umur seharusnya. Rahasianya? Hidup minim tekanan.
Saat kami sampai Kupang, benarlah adanya. Jalanan lancar tanpa macet, senyum ramah menyapa kami di mana-mana, orang-orang yang bersahaja namun bahagia.
Apa rahasia itu semua? Bu Ice mengakhiri pertemuan kami kemarin dengan berkata”,Kami memilih tak bertikai atas dasar beda warna kulit dan agama, seperti orang-orang di Jakarta”.
“Di sini, kami memilih untuk berbahagia. Meringkas waktu dengan syukur, makan enak, canda dan tawa”.
Dan tadi malam, di hadapan sahabat-sahabat baru saya di Kupang, saya merasakan energi yang sama. Energi bahagia.
Comments
Post a Comment