Skip to main content

BENAR APA KATA BANG HAJI RHOMA

Calon nasabah saya kali ini termasuk golongan "duit tak berseri". Orang sibuk yang tak sempat mengikuti isu bangkitnya PKI. Usianya baru awal limapuluh, tapi bisnisnya sudah menggurita. Punya beberapa apartemen yang sekitar segitiga emas CBD Jakarta, disewakan pada ekspatriat itu juga salah satu pundi uangnya.

"Aku dari dulu nggak percaya (asuransi) Unit Link, Bas. Biaya Akuisisinya gede banget",katanya membuka dialog. Ya, beliau sela...ma ini memilih memiliki banyak Asuransi Term Life dan memisahkan portfolio investasi dalam Reksadana, kadang jual beli saham serta properti.
"Kalau kamu bisa yakinkan aku Unit Link itu bagus, menguntungkan : aku ambil. Berapapun preminya",lanjutnya.

Mempreteli Unit Link dalam bentuk Asuransi Term Life dan Reksadana mungkin memang baik. Tapi tetap saja itu dua elemen yang terpisah, tak bisa saling melengkapi. Asuransi memberikan uang Pertanggungan (dengan iuran yang relatif jauh lebih murah) dan Reksadana memberikan hasil investasi.

Tapi dari pretelan itu ada satu elemen yang sulit didapatkan yaitu elemen Waiver of Premium : perlindungan untuk tetap meneruskan program bila pembayar berada pada situasi "tak bisa meneruskan pembayaran". Pada Term Life dan Reksadana, bila pembayar tak bisa lagi meneruskan, maka program berhenti... tak ada yang bisa meneruskan.

"Dengan Unit Link saya bisa buatkan Program Proteksi Kesehatan Premium, Biaya akuisisi tak lebih dari 50% dan hanya dikenakan pada tahun pertama supaya (modal) untuk bayar premi selama 5 tahun bisa balik lagi pada akhir tahun ke 6",kata saya.

"Artinya, Unit Link itu (termasuk di dalamnya Uang Pertanggungan, Asuransi Kesehatan kelas Premium dan Waiver of Premium) gratis dong selama 5 tahun. Kan duitnya dikembaliin pada akhir tahun ke 6",ulangnya menegaskan.

"Ya pak",jawab saya mantap.

"Nah boleh tuh, bikinin deh programnya. Berapa aja (preminya) aku bayar ",katanya. "Toh duitku balik ini".

Maka, masih ragu sama ucapan -idola saya - bang Rhoma ?: Yang Kaya makin Kaya, yang Miskin... ah sudahlah. Beliau makin kaya, InsyaAllah saya dapat jalan-jalan ke Korea.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

TUHAN TAHU, TAPI MENUNGGU

Pernah ketemu orang yang "terjebak" di masa lalu?.  Kemarin saya ketemu orang model seperti itu. Menemani salah satu anggota team saya melakukan "Joint Field Work" (JFW),  kemarin kami ketemu dengan calon nasabahnya, seorang pria usia 42 tahun di sebuah warung kopi di daerah Cibubur. Team saya bilang, dia sudah tiga keli ketemu calon nasabahnya ini, namun belum berhasil meyakinkannya juga. "Masih mbulet, banyak pertanyaan, mas", Ujarnya. Maka saya putuskan melakukan JFW. Kami sudah tiba di lokasi setengah jam sebelum pertemuan, dan dia hadir 25 menit dari waktu yang dijanjikan. Kalau itu calon nasabah saya, sudah saya tinggal dari tadi. "sori, macet", katanya berbasa-basi. Seperti biasa, setelah diperkenalkan, saya mengeluarkan dua kartu nama. Kartu nama pertama ada logo MDRT (Million Dollar Round Table), sambil menyampaikan bahwa saya adalah agen yang menjadi anggota MDRT Internasional, organisasi elit pelaku industri asuransi. K