Skip to main content

ASURANSI BUKAN TABUNGAN


Topik ini sudah beberapa kali saya bahas, tapi kemarin ada seorang teman share di wall-nya tulisan keluhan dari seorang nasabah asuransi. Saya kutip seperti aslinya (namun endingnya saya potong karena tidak penting dan tidak relevan). Ini bunyinya :

---------------------------------------------------------------------------
"Hati2 dengan asuransi XXX mXXXXXri..
6th investasi,dengan premi 500 perbulan cuman cair 26jt....saya rugi 10jt....dalam 6 th.yang anehnya dana masuk ke rekening tanpa konfirmasi ke saya dulu....,dana dicairkan tanpa penjelasan.benar2 keterlaluan....ketipu sama XXX cukup sudah dan mudah2an org lain bisa belajar dari kejadian ini.
Kronologi
Pertama.6 tahun lalu saya diajak masuk XXX mXXXXXri. dan saya mau karna tergiur dengan penjelasan inv dan perkembangan uangnya yang lumayan.mbaknya bilang ditahun kelima duitnya kalau dicairkan maka sudah tidak ada pemotongan lagi,dan ditahun ke enam mbak sudah menikmati nilai inv.
Kedua.ditahun ke enam saya ajukan pencairan sekaligus penutupan...eh ternyata cuman cair 26jt.padahal saya sudah setor 36 jt...,kemudian saya komplain ke cabang sama mbaknya yang pertama kali ngajak saya.yang anehnya dia bilang mbak komplainnya ke pusat,bukan ke saya,saya hanya administrasi,jadi kalau ada sesuatu yang kurang berkenan silakan komplain ke pusat...benar2 bikin saya ciut pelayanan apaan ini.... "
----------------------------------------------------------------------------------

Saya coba kupas mengapa hal ini bisa terjadi.

PERTAMA, ini terjadi, kemungkinannya, karena dua hal : nasabah tidak mengetahui fitur, benefit serta biaya-biaya yang timbul dari produk asuransi yang dibelinya, tidak membaca polis ATAU karena agen penjualannya tidak memberikan keterangan yang detil dan cenderung "misselling".

KEDUA, kemungkinan besar produk yang dibeli adalah produk asuransi UNIT LINK. Produk asuransi Unit Link adalah produk yang menggabungkan manfaat asuransi dan investasi. Jadi uang yang dibayarkan oleh nasabah dibagi dua, sebagian untuk membayar proteksi dan sisanya baru diinvestasikan. Investasi di Unit Link 99,9999 % mirip dengan model investasi di Reksadana.
Investasi di Rekasdana adalah investasi "berombongan" dimana kumpulan dana nasabah dikelola oleh "koki ahli" investasi (cq Manajer Investasi) dalam berbagai instrumen sesuai tingkat resiko :

-Resiko Tinggi (dengan potensi return/imbal hasil tinggi) : biasanya di Saham/Equity (Ekuitas)
- Resiko Sedang (dengan potensi return/imbal hasil sedang) : biasanya dalam bentuk campuran Saham+Fixed Income atau Obligasi
- Resiko Rendah (dengan potensi return/imbal hasil rendah) : biasanya dalam bentuk fixed income atau deposito

Dalam banyak kasus di lapangan, Nasabah dan Agen Asuransi tidak paham, sehingga agen berani menjanjikan (jaminan) hasil tinggi dan nasabah (main) setuju saja, 100 % dana disimpan di instrumen saham. Jadilah ketika harga saham sedang gonjang-ganjing, nilai investasi juga jeblok.
Padahal dalam produk UNIT LINK yang PASTI diberikan sesuai JANJI adalah UANG PERTANGGUNGAN Asuransi, bukan imbal hasil investasi. Imbal hasil investasi diberikan sesuai dinamika pasar.

KETIGA. nasabah ini (mungkin) terbujuk rayuan agen soal pengembalian hasil investasi tanpa memahami point KEDUA di atas. Dan agen tidak menerangkan bahwa Asuransi BUKAN Tabungan. Dalam produk asuransi UNIT LINK ada beberapa biaya yang timbul, biaya ini dipotongkan dari iuran/premi nasabah :
- Biaya Asuransi (CoI) : Karena ada UANG PERTANGGUNGAN yang akan diberikan oleh Perusahaan Asuransi pada Nasabah bila terjadi resiko (sesuai kontrak polis), maka dibebankan sejumlah Biaya Asuransi (Cost of Insurance/CoI). Biaya ini makin tinggi, bila ditambahkan beberapa aneka asuransi tambahan seperti asuransi kesehatan, penyakit kritis atau kecelakaan. Tidak ada yang gratis.
- Biaya Akusisi : Ini adalah biaya yang dibebankan pada nasabah untuk membayar pencetakan dan administrasi polis serta komisi agen. Nah... Disinilah letak masalahnya. Beberapa produk Unit Link membebankan biaya akuisisi hinga 205 % dari Premi yang dibayar nasabah. Ya 205 %, biasanya disebar biaya tersebut dalam 5 tahun pertama masa pembayaran premi. ARTINYA, pembayaran premi nasabah pada dua tahun pertama pasti tidak mengandung saldo untuk investasi...alias NOL.
Nah, bila nasabah memang berkeinginan ber-INVESTASI (bukan MENABUNG lho ya...beda soalnya) di produk Unit Link, cari dan pastikan produk tersebut Biaya Akusisinya rendah (kalau bisa nol persen). Apakah ada ? ADA. Sehingga premi yang dibayar hanya dipotong Biaya Asuransi (relatif kecil) dan sisanya pol masuk ke Investasi.

Kemudian, bila berniat investasi di produk Unit Link,  jangan beli produk yang 2in1, 3in1 atau semacam itu, dimana dijanjikan cuma beli 1 produk asuransi ada proteksi (daam bentuk uang Pertanggungan), ada asuransi kesehatannya plus asuransi kecelakaan plus penyakit kritis dan... ada tabungan pendidikannya. Gawat... kemungkinannya selain preminya menjadi sangat mahal, atau bakal terjadi kejadian seperti di atas : pas uang mau ditarik berkurangnya banyak. Ya iyalah, biaya asuransinya banyak banget.

Satu hal lagi, penarikan dana investasi juga harus memperhatikan momentum. Nah, ini juga banyak salah kaprah, ketika menawarkan pada nasabah, agen asuransi "menjanjikan" imbal hasil investasi tinggi tanpa memperhatikan profil resiko nasabah dan tujuan keuangan nasabah. Premi nasabah dimasukkan dalam instrumen saham/ekuitas semua (padahal ada pilihan lain yang tak terlalu beresiko, dibandingkan saham). Nah, nasabah yang pas-pasan (uang dan pengetahuannya) pasti akan ngamuk saat menarik uang pada saat kondisi saham sedang jeblok.

Nah, saran saya sebagai Konsultas Perencanaan Keuangan Keluarga, supaya tak terjadi seperti nasabah di atas, adalah :

1. Kalau mau menabung, tabunglah uang di Bank. Resikonya hanya imbal hasil (baca bunga) nilainya dibawah inflasi, artinya memang tabungan di Bank hanya untuk keperluan sehari-hari dan jangka pendek. Makin lama uang ditabung di bank, sebenarnya makin berkurang nilainya (karena biaya-biaya dan inflasi)

2. Belilah produk asuransi memang untuk proteksi penghasilan, bentuknya Uang Pertanggungan yang cukup sesuai Nilai Ekonomis. Sehingga ini bisa menjamin penghasil nafkah keluarga meninggalkan warisan yang cukup untuk keluarganya kelak.

Bilapun membeli produk asuransi Unit Link, jangan bebani dengan berbagai macam produk asuransi tambahan. Bila perlu asuransi kesehatan, belilah asuransi kesehatan (saja). cari produk yang BIAYA AKUISISINYA rendah (bila perlu nol persen) untuk memastikan proteksi kita dapat, investasi juga berkembang baik.

3. Bila merasa Uang Pertanggungan atau dana warisan yang dimiliki sudah mencukupi dan berniat investasi, saya menyarankan, belilah produk Reksadana langsung. Tidak kena biaya akuisisi, hasil investasi jauh lebih optimal. Syaratnya ya tadi, anda sudah cukup ter-cover oleh "koleksi" produk asuransi yang anda miliki.

Dan ada satu hal yang jarang awam ketahui, bahwa produk UNIT LINK memiliki keunggulan berupada adanya fitur WAIVER, atau pembebesan pembayaran premi pada kondisi tertentu yang disepakati (misal ; pembayar premi meninggal dunia atau cacat total tetap yang membuatnya kehilangan kemampuan ekonomi/tak bisa bekerja.

Fitur Waiver ini tak dimiliki oleh produk Tabungan di bank atau produk Reksadana.  Sehingga produk Unit Link memiliki kelebihan : menjamin rencana investasi jangka menengah atau panjang nasabah bisa terlaksana sesuai rencana.  Baik saat nasabah panjang umur maupun "pendek umur".

Nah, semoga tak ada lagi diantara teman-teman yang komplain di medsos soal produk asuransi yang dibelinya. Karena justru membuka aib sendiri, kita membeli produk yang kita tak tahu fitur, benefit dan biayanya ...

Tidak mengetahui soal produk asuransi bukan alasan untuk anti asuransi atau tidak memilikinya. Justru di era informasi yang luar biasa berlimpah ini, kita harus semakin cerdas, untuk masa depan yang lebih baik.

Selamat ber-Asuransi..
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Basri Adhi, Profesional Wealth Planner, Lisensi AAJI No 14037259.  Telp : 081286835759. 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG