Kejadiannya kemarin, Sabtu 25 Agustus 2018 di Terminal 3 Bandara
Soekarno Hatta. Pukul 8 pagi, turun dari pesawat yang membawa dari
Lampung, saya bergegas menuju ATM Mandiri di luar area pengambilan
bagasi.
Di ATM saya setelah mengisi e-money, mengambil sejumlah uang dan memasukkannya ke dompet. Sebelum dompet masuk tas, saya mengambil karcis parkir inap mobil, memasukkannya ke dalam saku celana, serta mengembalikan dompet dalam tas.
Bergegas dari lantai bawah, melewati area pemeriksaan X-ray, saya menuju Lantai 3 (Pick Up Zone) bersama beberapa orang yang terlihat seperti baru pulang bepergian juga.
Jumat (hari sebelumnya) saya berangkat dari rumah pukul 03.30 pagi, karena pesawat menuju Lampung berangkat pukul 06.35. Sampai Lampung, mengisi kelas sejak pagi hingga sore dan dilanjutkan Client Gathering sampai pukul 22.00. Lepas Client Gathering saya diajak tuan rumah, Ibu Adriana, mas Ari (City Head AIA Lampung) dan mas Rudi (Sales Head AIA Lampung) makan malam, sampai pukul 24.00. Saya baru masuk kamar hotel pukul 00.30 dan tertidur pukul 01.30.
Besok paginya (Sabtu) bangun pukul 04.00 karena pukul 06.30 sudah harus ada di Bandara radin Inten.
Sabtu itu, kondisinya lengkap : kurang tidur, lelah sehingga kewaspadaan (awareness) turun. Rencananya sesampai dari Bandara, saya langsung ke Kampus UPH, kuliah seperti biasa.
Di area Pick Up Zone, saya merogoh tas untuk mengambil dompet. Rencananya mau mengambil uang untuk bayar parkir dan tips supir shuttle yang membawa saya ke area parkir inap. Saya rogoh bolak-balik, dompet tak terpegang. Ternyata ...dompet saya hilang.
Dompet dan uang tunai tak seberapa nilainya. Tapi semua surat-surat ada di dalamnya, termasuk STNK motor...kebayang kan repotnya.
Saya bergegas ke area pemeriksaan X-ray, siapa tau dompet saya tercecer di sana. Petugas yang ada melayani saya dengan sangat baik dan ramah. Ternyata dompet saya tak tercecer di area X-Ray. Petugas tadi (sigh, saya tak sempat lihat namanya), lalu menghubungi beberapa rekannya melalui alat komunikasi dan menjanjikan memberi kabar. saya hanya meninggalkan kartu nama tanpa mengisi formulir apapun.
Dalam keadaan lelah, ngantuk, yang terpikir dalam benak saya adalah bagaimana caranya bisa mengeluarkan mobil dari parkir inap (dalam kondisi tak bawa uang sepeserpun), dan pulang.
Tiba-tiba saya terfikir, ada salah seorang teman baik saya tinggal di sekitar cengkareng : Pak Martin Winata. Segera saya kontak beliau, intinya kalau berkenan ke Bandara, minta dibawain uang tunai.
Pak Martin bak Pasukan URC (Unit Reaksi Cepat) bergegas ke
Bandara, menunggu di area parkir inap (karena saya bolak-balik ke pos
keamanan Terminal 3) dan mengangsurkan sejumlah uang, dan bergegas ke
Kampus UPH. Terimakasih pak Martin, anda layak diangkat jadi Komandan
pasukan URC.
Saya berhasil mengeluarkan mobil dari area parkir inap dan berfikir mangkir dari kuliah, langsung pulang. Maklum kalut. Baru beberapa ratus meter berkendara, tiba-tiba masuk telepon dari nomor yang tak dikenal.
"Pak ini XXXXXX, petugas Avsec Terminal 3, dompet Bapak berhasil kami temukan. Bapak bisa ambil di posko tempat bapak melapor tadi",kata orang di seberang sana.
Bergegas saya putar balik. Alhamdulillah dompet kembali ke tangan saya utuh, hanya uang tunai yang "berkurang", tapi oke saja. Plong, saya menuju ke kampus.
Dari drama kehilangan itu ada beberapa pelajaran yang saya ambil.
1. Kebanggaan bahwa bangsa kita makin maju. Pelayanan petugas Keamanan Bandara sangat ramah dan melayani. Hebatnya, dalam tempo kurang dari satu jam, dompet yang hilang di Bandara sebesar itu bisa ketemu. Super Salut.
2. Saya membayangkan orang-orang di luar sana yang kehilangan dompet pasti sama paniknya dengan saya. Apalagi kehilangan "DOMPET UTAMA" alias PENCARI NAFKAH UTAMA dalam keluarga. Kehilangan dompet yang isinya surat yang kalau diurus bisa kembali saja bikin panik dan pusing, apalagi ditinggal "Dompet Utama" selamanya.
Dari situ saya mulai mengerti, mengapa teman-teman saya di Industri Asuransi kadang-kadang (seolah) memaksa nasabahnya untuk punya "DOMPET CADANGAN". Mereka "memaksa" karena memiliki niat baik, membantu calon nasabahnya terhindar dari bencana keuangan karena kehilangan Dompet Utama.
Karena kalau "DOMPET UTAMA" tiba-tiba hilang, belum tentu ada teman sebaik pak Martin yang mau dengan gaya URC membantu kita. Membantu sekali dua kali mungkin oke, tapi kalau seumur hidup? Impossible to the max. Dompet Cadangan adalah sebuah keharusan.
Maka, milikilah Dompet Cadangan, karena kita tak pernah tahu kapan Dompet Utama kita hilang.
---------
Teriring ucapan terimakasih pada Petugas Kemanan di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta yang sudah dengan sangat luar biasa hebat membantu menemukan dompet saya dan pak Martin Winata yang sigap mau direpotin. Waspada dan Persiapan itu penting. Foto hanya illustrasi.
Di ATM saya setelah mengisi e-money, mengambil sejumlah uang dan memasukkannya ke dompet. Sebelum dompet masuk tas, saya mengambil karcis parkir inap mobil, memasukkannya ke dalam saku celana, serta mengembalikan dompet dalam tas.
Bergegas dari lantai bawah, melewati area pemeriksaan X-ray, saya menuju Lantai 3 (Pick Up Zone) bersama beberapa orang yang terlihat seperti baru pulang bepergian juga.
Jumat (hari sebelumnya) saya berangkat dari rumah pukul 03.30 pagi, karena pesawat menuju Lampung berangkat pukul 06.35. Sampai Lampung, mengisi kelas sejak pagi hingga sore dan dilanjutkan Client Gathering sampai pukul 22.00. Lepas Client Gathering saya diajak tuan rumah, Ibu Adriana, mas Ari (City Head AIA Lampung) dan mas Rudi (Sales Head AIA Lampung) makan malam, sampai pukul 24.00. Saya baru masuk kamar hotel pukul 00.30 dan tertidur pukul 01.30.
Besok paginya (Sabtu) bangun pukul 04.00 karena pukul 06.30 sudah harus ada di Bandara radin Inten.
Sabtu itu, kondisinya lengkap : kurang tidur, lelah sehingga kewaspadaan (awareness) turun. Rencananya sesampai dari Bandara, saya langsung ke Kampus UPH, kuliah seperti biasa.
Di area Pick Up Zone, saya merogoh tas untuk mengambil dompet. Rencananya mau mengambil uang untuk bayar parkir dan tips supir shuttle yang membawa saya ke area parkir inap. Saya rogoh bolak-balik, dompet tak terpegang. Ternyata ...dompet saya hilang.
Dompet dan uang tunai tak seberapa nilainya. Tapi semua surat-surat ada di dalamnya, termasuk STNK motor...kebayang kan repotnya.
Saya bergegas ke area pemeriksaan X-ray, siapa tau dompet saya tercecer di sana. Petugas yang ada melayani saya dengan sangat baik dan ramah. Ternyata dompet saya tak tercecer di area X-Ray. Petugas tadi (sigh, saya tak sempat lihat namanya), lalu menghubungi beberapa rekannya melalui alat komunikasi dan menjanjikan memberi kabar. saya hanya meninggalkan kartu nama tanpa mengisi formulir apapun.
Dalam keadaan lelah, ngantuk, yang terpikir dalam benak saya adalah bagaimana caranya bisa mengeluarkan mobil dari parkir inap (dalam kondisi tak bawa uang sepeserpun), dan pulang.
Tiba-tiba saya terfikir, ada salah seorang teman baik saya tinggal di sekitar cengkareng : Pak Martin Winata. Segera saya kontak beliau, intinya kalau berkenan ke Bandara, minta dibawain uang tunai.

Saya berhasil mengeluarkan mobil dari area parkir inap dan berfikir mangkir dari kuliah, langsung pulang. Maklum kalut. Baru beberapa ratus meter berkendara, tiba-tiba masuk telepon dari nomor yang tak dikenal.
"Pak ini XXXXXX, petugas Avsec Terminal 3, dompet Bapak berhasil kami temukan. Bapak bisa ambil di posko tempat bapak melapor tadi",kata orang di seberang sana.
Bergegas saya putar balik. Alhamdulillah dompet kembali ke tangan saya utuh, hanya uang tunai yang "berkurang", tapi oke saja. Plong, saya menuju ke kampus.
Dari drama kehilangan itu ada beberapa pelajaran yang saya ambil.
1. Kebanggaan bahwa bangsa kita makin maju. Pelayanan petugas Keamanan Bandara sangat ramah dan melayani. Hebatnya, dalam tempo kurang dari satu jam, dompet yang hilang di Bandara sebesar itu bisa ketemu. Super Salut.
2. Saya membayangkan orang-orang di luar sana yang kehilangan dompet pasti sama paniknya dengan saya. Apalagi kehilangan "DOMPET UTAMA" alias PENCARI NAFKAH UTAMA dalam keluarga. Kehilangan dompet yang isinya surat yang kalau diurus bisa kembali saja bikin panik dan pusing, apalagi ditinggal "Dompet Utama" selamanya.
Dari situ saya mulai mengerti, mengapa teman-teman saya di Industri Asuransi kadang-kadang (seolah) memaksa nasabahnya untuk punya "DOMPET CADANGAN". Mereka "memaksa" karena memiliki niat baik, membantu calon nasabahnya terhindar dari bencana keuangan karena kehilangan Dompet Utama.
Karena kalau "DOMPET UTAMA" tiba-tiba hilang, belum tentu ada teman sebaik pak Martin yang mau dengan gaya URC membantu kita. Membantu sekali dua kali mungkin oke, tapi kalau seumur hidup? Impossible to the max. Dompet Cadangan adalah sebuah keharusan.
Maka, milikilah Dompet Cadangan, karena kita tak pernah tahu kapan Dompet Utama kita hilang.
---------
Teriring ucapan terimakasih pada Petugas Kemanan di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta yang sudah dengan sangat luar biasa hebat membantu menemukan dompet saya dan pak Martin Winata yang sigap mau direpotin. Waspada dan Persiapan itu penting. Foto hanya illustrasi.
Comments
Post a Comment