"Mas, situasi di kantor mulai nggak kondusif. Tahun depan mau ada pengurangan karyawan gede-gedean. Aku pengen punya usaha, tapi bingung mau usaha apa",katanya sendu.
"Cara gampang cari ide usaha : keluar rumah dan perhatiin apa masalah orang. Ada orang bermasalah dengan kelebihan berat badan, maka ada ide usaha menguruskan badan. Ada orang kesulitan cari tambal ban pas bocor, maka bikin usaha tambal ban. Setiap masalah orang lain, adalah peluang bisnis buat orang yang lain lagi",kata saya, sambil nyeruput kopi.
"Tapi saya khawatir pandangan orang mas, kayaknya ntar kalau misalnya kepepet modal, terus mampunya baru bikin usaha gorengan, kayaknya status kok turun banget",katanya lagi.
"Status itu bukan di pandangan orang bro, bukan juga karena jenis kerjaan : status otomatis naik kalau kita bisa melakukan apapun (asal halal) supaya orang rumah tercukupi kebutuhan serta keinginannya.
Lebih keren lagi kalau orang di sekeliling kita bisa sejahtera karena kerjaan atau usaha kita...walau tiap hari cuma pake kaos dan jins belel",jawab saya lagi.
"Tapi kalau usaha nanti takutnya rugi terus bangkrut mas, gimana dong",sambungnya memelas. Tapi mulai nyebelin.
"Kamu itu tiap hari pake kopiah, baju koko, tiap hari status fesbukmu isinya da'wah dan doa ; mustinya lebih relijiyes dibanding aku yang jins-nya tambalan gini. Tapi ternyata luarnya aja kamu relijiyes, hatimu cemen.
Relijiyes itu percaya bahwa ada Dzat namanya Tuhan yang bakal bantu kita dalam setiap masalah. Rugi belum tentu masalah. Rugi bisa juga pelajaran",sergah saya sok pinter, sambil garuk-garuk kaki karena sepatu sendal kemasukan pasir.
Kalau "space" di hatimu penuh diisi rasa khawatir, mana ada ruang buat Tuhan isi dengan kekuatan. Tuhan yang menghilangkan segala rasa khawatir. Agama, relijiyesitas itu justru harusnya membuat kita kuat tapi ikhlas, bukan menjadikan manusia lembek, manja serta gampang nyerah.
Mau dapat enak dan gampangnya saja.
"Cara gampang cari ide usaha : keluar rumah dan perhatiin apa masalah orang. Ada orang bermasalah dengan kelebihan berat badan, maka ada ide usaha menguruskan badan. Ada orang kesulitan cari tambal ban pas bocor, maka bikin usaha tambal ban. Setiap masalah orang lain, adalah peluang bisnis buat orang yang lain lagi",kata saya, sambil nyeruput kopi.
"Tapi saya khawatir pandangan orang mas, kayaknya ntar kalau misalnya kepepet modal, terus mampunya baru bikin usaha gorengan, kayaknya status kok turun banget",katanya lagi.
"Status itu bukan di pandangan orang bro, bukan juga karena jenis kerjaan : status otomatis naik kalau kita bisa melakukan apapun (asal halal) supaya orang rumah tercukupi kebutuhan serta keinginannya.
Lebih keren lagi kalau orang di sekeliling kita bisa sejahtera karena kerjaan atau usaha kita...walau tiap hari cuma pake kaos dan jins belel",jawab saya lagi.
"Tapi kalau usaha nanti takutnya rugi terus bangkrut mas, gimana dong",sambungnya memelas. Tapi mulai nyebelin.
"Kamu itu tiap hari pake kopiah, baju koko, tiap hari status fesbukmu isinya da'wah dan doa ; mustinya lebih relijiyes dibanding aku yang jins-nya tambalan gini. Tapi ternyata luarnya aja kamu relijiyes, hatimu cemen.
Relijiyes itu percaya bahwa ada Dzat namanya Tuhan yang bakal bantu kita dalam setiap masalah. Rugi belum tentu masalah. Rugi bisa juga pelajaran",sergah saya sok pinter, sambil garuk-garuk kaki karena sepatu sendal kemasukan pasir.
Kalau "space" di hatimu penuh diisi rasa khawatir, mana ada ruang buat Tuhan isi dengan kekuatan. Tuhan yang menghilangkan segala rasa khawatir. Agama, relijiyesitas itu justru harusnya membuat kita kuat tapi ikhlas, bukan menjadikan manusia lembek, manja serta gampang nyerah.
Mau dapat enak dan gampangnya saja.
Comments
Post a Comment