Skip to main content

TIGA GOLONGAN

“Bro, sebentar lagi kan musim liburan nih. Gimana yang ya caranya biar bisa posting foto liburan kayak orang-orang”, Tanya seorang teman.

“Caranya gampang, ya kamu pergi liburan ke suatu tempat, foto-foto dan posting deh di media sosial”, Jawab saya, pertanyaan yang enteng.

“Halah...maksudku, gimana caranya bro supaya bisa kayak orang-orang bisa rutin pergi liburan tiap akhir tahun begini”, Katanya jengkel mendengar jawaban saya.

“Menurutku begini, kami tinggal pilih salah satu dari tiga GOLONGAN ini”, Kataku sambil menggambar.

Golongan 1, GOLONGAN MENYISIHKAN.
Dia menerima pendapatan, memotong atau menyisihkan dulu sebagian dari pendapatannya untuk antisipasi kejadian di masa depan yang terjadinya mendadak dan perlu biaya besar. Seperti Biaya untuk kesehatan dan warisan buat anak istri. Sisanya (bila ada) baru dipakai buat liburan. Golongan ini, walau nggak bisa kelihatan berlebih atau wah, relatif “peace of mind” karena nggak terlalu risau soal kejadian di masa depan.

Golongan 2. GOLONGAN MENYISAKAN. 
Golongan ini memilih memakai uang yang dia miliki untuk membiayai gaya hidupnya duluan, baru kalau ada sisa dipakai untuk mengamankan masa depan. Semboyan golongan ini dalam bahasa Swedia adalah “kumaha engke”. Yang artinya “Gimana nanti aja”. Golongan ini memang suka bikin silau, karena penampilannya oke punya ...namun sebenarnya rapuh. Ya karena tidak punya “jaring pengaman”.
Ini biasanya kita ketemui pada orang yang penampilan keren, mobil bagus, tapi saat ditawari konsep Saving, Investment & Protection (SIP) selalu menjawab “,Aku belum perlu, semua masih baik dan sehat saja”.

Golongan 3. GOLONGAN MENYUSAHKAN. 
Ini lebih payah lagi, namun justru pengikutnya paling banyak.
Mereka pendapatan cekak, gak mau terlalu pusing dengan kreativitas menciptakan pendapatan baru... justru menambal penampilan dan gaya hidupnya dengan HUTANG !
Ini biasanya kita ketemui pada orang yang penampilan keren, mobil bagus, tapi saat ditawari konsep Saving, Investment & Protection (SIP) selalu menjawab “,Cicilanku masih banyak, maaf belum bisa ikutan”.
Disebut Golongan Menyusahkan, karena selain menyusahkan diri sendiri, dia berpotensi menyusahkan keluarga, ahli waris dan lingkungannya. Ingat, Warisan sebelum dibagi harus diberesin dulu hutangnya.

Repotnya, di golongan 2 dan 3, yang namanya SISA itu sering tak ada.

“Kalau kamu sendiri, ada di golongan mana Bro”, Tanya teman saya menyelidik.

“Golongan orang yang ingin tampak bahagia dan relijiyes di media sosial”, Jawabku.

Dia lempar pecinya ke arahku.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG