"Ah, aku dulu juga sudah pernah jadi agen asuransi. Nggak minat gabung lagi, susah kerjanya pakai target",Kata orang di depan saya.
Pernah ketemu orang seperti ini ? Saya bisa memastikan, orang ini tidak berhasil di bisnis asuransi. Karena, bila berhasil dia akan bertahan di sana.
Target?
Oke, saya akan bicara dari satu sisi yang jarang awam tahu. Selain target penjualan (karena ini terkait langsung dengan "income"), seorang agen asuransi memiliki target lain, namanya : Persistensi.
Persistensi adalah persentase yang menunjukkan Berapa banyak nasabah yang dilayaninya Loyal, dan tetap melanjutkan pogram asuransi yang diikutinya sejak pertama dia tanda tangan kontrak.
Makin besar angka persistensi, makin baik. Biasanya perusahaan asuransi menetapkan target persistensi tertentu agar hak para agen bisa diterima penuh, seperti bonus tahunna atau bonus travelling.
Persistensi yang tinggi didapatkan dari cara penjualan yang baik.
Banyak agen asuransi yang masih bekerja model "hantam kromo". Ketemu calon nasabah langsung ditembak dengan proposal tanpa ditanya kebutuhannya seperti apa, kemudian langsung dikejar-kejar disuruh segera bayar agar targetnya masuk.
Saya pribadi mencoba sangat menghindari cara kerja seperti itu.
Ini contohnya, seorang teman mereferensikan kawannya yang membutuhkan asuransi kesehatan.
"Sudah ada penawaran dari perusahaan asuransi lain, mas. Mau bandingin",kata Teman itu.
Saya selalu memaksa untuk bertemu dulu dengan calon nasabah sebelum menanyakan data untuk pembuatan Proposal.
Mengapa?
Pertama, karena saya tidak tahu kebutuhan dia seperti apa.
Kedua, karena nasabah tidak pernah mendapat pelatihan soal asuransi sebelumnya. Jangankan nasabah, bahkan ada agen yang tidak bisa membaca proposal. Lalu bagaimana dia mau membuat perbandingan kalau tahu istilah-istilahnya saja enggak.
Kombinasi agen yang jarang training dan nasabah yang sok tahu akan menghasilkan keluhan, komplain dan aneka ketidaknyamanan yang sering kita baca di media sosial.
Maka, saya lebih suka memaksa ketemu dan menjelaskan (dengan konsekuensi bila bujet nasabah tak masuk, saya ditolak... Terkadang saya yang menolak nasabah yang saya nilai bukan kritis, tapi ribet) ketimbang PERSISTENSI saya jeblok.
Lebih baik kerja capek di awal, memastikan nasabah mengerti apa yang mereka beli dan miliki ...ketimbang pusing di belakang karena komplain dan keluhan.
Jadi, jangan takut ketemu agen asuransi, karena itulah cara anda memastikan produk yang anda beli sesuai. Banyak tanya, kritisi, kalau memang tidak sesuai ya tolak aja. Jangan beli karena rasa nggak enak.
Dan, kalau bisa cari agen asuransi yang memiliki Prestasi (misal : sudah masuk peringkat MDRT, karena hanya 2% agen asuransi se dunia yang bisa meraih peringkat ini) dengan angka Persistensi tinggi.
Saran saya : Tetap kritis dan Haiti-Haiti.
Comments
Post a Comment