
Dari yang omzet besar sampai besar banget, dari yang pemula sampai yang sudah "klothokan". Tiap hari ada saja topik yang didiskusikan. Dan Jebakan Operasional adalah salah satu topik yang menarik.
Tipikal pengusaha "pemula" adalah "bangga" pada banyaknya jumlah outlet/cabang yang mereka kelola atau miliki. Hal yang jarang lihat atau dengar dari pengusaha klothokan.
Tahun 2006, keluar dari dunia kerja saya memulai bisnis jualan kopi dan burger di emperan toko. Dari satu outlet, dalam kurun kurang dari setahun sudah menjadi lima outlet. Bangga? Waktu itu iya. Kepala udah segede gunung batu.
Tapi ketika sudah menjadi lima outlet itu, belakangan, saya sadar bahwa usaha saya "stuck" di situ saja. Omzet dan Keuntungan sih NAMBAH, tapi TIDAK NUMBUH.
Setelah perenungan yang dalam, saya baru sadar bahwa saya masuk dalam "Jebakan Operasional".
Saya memiliki karyawan kepercayaan, tapi kapasitas dia tak cukup mumpuni untuk bisa menghandle semua hal. Terutama urusan pemasaran dan... menghandle karyawan penjaga outlet (total 20 orang saat itu) yang rata-rata berpendidikan lulusan SMP dengan karakter yang beda-beda anehnya.
Akhirnya, saya -terpaksa- terjun di urusan yang sangat operasional : ngecek absensi, rolling jadwal karyawan kalau ada yang absen, belanja serta inventori.
Tak sempat lagi memikirkan kampanye penjualan dan pemasaran. Buthek, hingga kadang omzet penjualan turun kita tak tahu apa penyebabnya.
Saya sadar itu sebuah kesalahan yang harus diperbaiki. Saya tak boleh terjebak dalam "Jebakan Operasional", merasa sebagai bos besar yang aman-aman saja padahal bisnisnya nggak ada duitnya.
Maka, tahun 2007 saya belajar tentang sistem Pemasaran Franchise, dan 2008 menerapkan Pola Kemitraan yang mirip-mirip Franchise.
Tahun 2010 pola ini sempat melesatkan jumlah outlet menjadi 130-an outlet di 26 kota di Indonesia. Semua dimiliki dan dikelola Mitra. Tugas saya melatih, memantau dan akhirnya melepas para Mitra menjadi mandiri.
Kini jumlah outlet Misterblek tinggal kurang dari separuh jumlah tahun 2010, tapi rata-rata sudah bertahan lebih dari lima tahun. Sudah jejeg. Dari pemesanan bahan baku yang berkelanjutan, saat ini saya menikmati apa yang orang sebut "passive income".
Saya tak sesibuk dulu, masih bisa jalan-jalan. Tak kejebak di urusan operasional.
Dari situ saya belajar, bisnis itu bukan soal besar dan kaya sendiri. Bisnis itu bukan soal berapa jumlah cabang yang kita miliki/kelola.
Bisnis itu soal berapa banyak orang yang kita "bangun" dan akhirnya ikut menikmati hasil bisnis itu.
Tanpa harus harus masuk dalam "jebakan operasional". Kayaknya sibuk tapi nggak ada duitnya.
Karena bisnis itu cari duit, bukan cari sibuk. Ye tak?
Comments
Post a Comment