
Tepat di depan saya berdiri tiga pasang suami istri, satu rombongan yang nampaknya baru pulang berwisata di Bali. Mereka berniat pulang entah kemana lengkap dengan bagasi yang banyak.
Alih-alih mempercayakan salah satu "wakil" dari rombongan untuk mengurus "check in" mereka memilih bergerombol di depan konter.
Mereka sibuk "mengganggu" petugas layanan check in dengan permintaan-permintaan khusus, seperti minta Bagasi dikelompokkan sendiri-sendiri dan berdebat untuk memperebutkan tempat di dekat jendela. Padahal jelas mereka datang dalam rombongan.
Selesai? Belum.
Tak berapa lama datang tiga pasang suami istri lain, membawa troli bagasi yang memaksa menerobos antrian. "Kami bagian dari rombongan itu",kata mereka. Maksudnya rombongan yang sedang "umyeg" di depan konter.
Tanpa ada rasa segan atau malu, wajah-wajah yang kelihatan berpendidikan itu mendesak maju, troli mereka dorong sampai menabrak kaki dan troli pengantre lain.
Drama babak kedua dimulai, ketika para perangsek ini memilah-milah bagasi di depan konter dan meminta kursi di dekat jendela juga.
Pernah ketemu kejadian serupa?
Nyaris semua penerbangan menyiapkan fasilitas "online check in" untuk memudahkan serta mempercepat proses check in. Dengan fasilitas itu, bahkan kita bisa memilih nomor atau posisi tempat duduk yang kita kehendaki, 24 jam sebelum keberangkatan. Di bandara kita tinggal drop bagasi.
Dari drama di bandara pagi ini saya belajar, kadang berada di sebuah "rombongan" harus membuat kita bisa lebih peka.
Bukan merasa karena 'menang jumlah' terus Jumawa.
** Foto illustrasi tidak ada hubungannya dengan cerita, cuma mau numpang eksis saja.
Comments
Post a Comment