Skip to main content

ISTRI HARUS PINTAR DAN BERDAYA

Ini bukan cerita saya, tapi cerita salah satu nasabah tim saya di BHR. Nampaknya cukup pantas untuk bisa kita tarik sebagai bahan pelajaran.

Setahun lalu, nasabah tim saya ini meninggal dunia, sebut saja namanya (Alm.) pak Joko Prabowo. Supaya mudah dan tak terlalu panjang, saya singkat pak Jepe.

Semasa hidupnya, pak Jepe adalah ayah dan suami yang bertanggungjawab, dia pekerja keras sepanjang hidupnya. Istri pak Jepe, sebut saya bu Mawar adalah ibu rumah tangga sejati. Sejak lulus kuliah, kemudian menikah dia memutuskan mendukung suaminya di "garis belakang".

Pak Jepe dan bu Mawar memiliki tiga orang anak. Dua orang anak perempuan yang sudah kuliah semester dua dan SMA kelas 3 serta "bonus" anak lelaki yang masih berusia lima tahun.

Pak Jepe selain pekerja keras juga termasuk suami yang "melek" keuangan. Literasi keuangannya termasuk oke. Walau istrinya sering menghalangi -menurut cerita tim saya- tapi "diam-diam" pak Jepe sudah menyiapkan Program Asuransi Jiwa untuk anak istrinya kelak. Akumulasi Uang Pertanggungannya (belum terlalu besar juga) baru Rp 1.2 Miliar.

"Aku nggak tahu kapan dipanggil 'pulang'. Tapi setidaknya kalau aku pulang ke 'Balik Papan' cepat, istriku pegang Rp 1.2 Miliar untuk biaya dia dan anak-anak",kata pak Jepe waktu itu. 

Dan karena diam-diam, takut istrinya marah, polis asuansinya disimpan saja. Istrinya tak tahu.

Tahun lalu, karena terkena Stroke, pak Jepe meninggal dunia. Mendadak saja. 

Dan atas bantuan tim saya, cairlah Uang Pertanggungan dari asuransi yang dimiliki pak Jepe untuk bu Mawar Rp 1.2 Miliar itu.

Walau tadinya dia melarang keras suaminya punya asuransi, ketika menerima pencairan klaim Rp 1.2 Miliar, duitnya tetap dia terima sambil berlinang air mata bahagia.

Cerita tak berhenti sampai di situ. Bu Mawar berbeda dengan almarhum suaminya yang memiliki Literasi Keuangan yang baik, karena dulu -soal keuangan-suaminya yang mengatur. Bu Mawar tahu beres.

Menerima uang Rp 1 Milyar ibarat rezeki yang jatuh dari langit-langit. Kalau langit ketinggian, lagian cuma Rp 1 Miliar, gak sebanding dengan "nilai suaminya". Bu Mawar gagap mengaturnya.

Mendengar bu Mawar menerima "warisan" Rp 1 Miliar itu, mulai berdatangan beberapa saudara dan orang yang mengaku saudara. 

Ada yang menawarkan kerjsama investasi di 'kebun kurma', dengan iming-iming selangit, bu Mawar yang nggak ngerti apa-apa jadi tertarik. Dikeluarkanlah Rp 300 juta.

Ada yang datang "menawarkan surga" dengan Program Membayari biaya umroh orang-orang di sekeliling bu Mawar yang dianggap berjasa, semakin banyak yang bu Mawar berangkatkan -katanya- surganya makin indah. Bu Mawar tertarik dan mengeluarkan uang Rp 100 juta. Padahal setelah ditelisik, yang menawarkan adalah "salesman" biro travel umrah. 

Semua orang datang dengan kiatnya masing-masing dan berhasil membuat uang Rp 1.2 Miliar yang diniatkan oleh alm. Pak Jepe untuk menyambung hidup istri dan anaknya : habis seketika dalam waktu 3 bulan saja, (uang dan orangnya) tak ada yang kembali lagi, minimal kabar beritanya.

Dua hari lalu, tim saya ketemu bu Mawar yang menangis menceritakan kisahnya. Dia dalam kesulitan keuangan yang sangat dalam, dan terpaksa hidup dari belas kasihan saudara dan teman-teman mantan suaminya.

Maka kisah ini adalah kisah seorang istri yang tak memiliki pengetahuan bagaimana mengelola uang, dan kisah suami yang meninggalkan warisan uang pada istri tanpa melengkapinya dengan Strategi Mitigasi : strategi bagaimana nanti uang itu dimanfaatkan.

Illustrasi foto adalah istri yang siap ditinggal suaminya berangkat perang, dengan pengetahuan cara mengelola uang. Bukan istri yang ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang... Makin banyak uang, abang makin disayang-sayang.

Maka, Istri harus pintar dan berdaya dalam mengelola uang, lebih baik lagi : pintar dan berdaya (bantu-bantu) cari uang.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG