Skip to main content

TELANJANG

"Bas. Apakah sebagai Perencana Keuangan Keluarga, kamu sudah menjalani apa yang kamu omongkan?".

Itu pertanyaan paling jamak, yang sering diajukan oleh nasabah saya. Pertanyaan yang wajar. Karena makin banyak saja orang yang bisa bicara, bisa memberi saran namun belum tentu bisa menjalankan.

Maka saya ceritakan, kenapa saya sudah "nyaris telanjang" di sosial media.

Kata ketiga dalam "Perencanaan Keuangan Keluarga" adalah keluarga. Para nasabah dan teman yang (mau) berinteraksi dengan saya di sosial media saya pasti sudah tahu apa dan bagaimana, prinsip-prinsip kehidupan dan bahkan aktivitas keluarga saya.

Soal Perencanaan Keuangan, mungkin yang buat rajin baca, juga tahu bahwa saya bukan tipe "penumpuk" real asset seperti rumah, mobil karena situasi keluarga saya. Perencanaan Asset kami mengacu pada Perencanaan Waris sesuai situasi keluarga kami (pernah saya tulis di sini :http://www.basriadhi.com/2019/03/karena-hartaku-bukan-hartaku.html?m=1)

Kami suka travelling, bukan karena kaya raya : tapi karena tak perlu ada "real asset" yang harus kami beli lagi. Rumah, mobil cukup satu. Dan...kami percaya travelling membuat mata (hati) kita makin terbuka : bahwa kita bukan manusia paling benar sedunia.

Jadi, kami telanjang saja. Walau kadang-kadang ada saja orang yang tak suka dengan ketelanjangan ini, tapi... buat apa kita capek memikirkan omongan atau rasa tak suka orang?

Apa yang kami omongkan, itu yang berusaha kami kerjakan. Demikian sebaliknya. Walk The Talk..

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG