Skip to main content

HALAMAN 28-29

Alhamdulillah, cetakan pertama buku "Hartamu bukan Hartamu" sudah ludes terkirim kepada para pemesan. Cetakan kedua sedang dalam proses, sehingga Bapak dan Ibu yang memesan selepas tanggal 10 Oktober mohon bersabar menunggu.

Ini ada sebuah kisah di belakang penerbitan buku ini. Dalam prosesnya, saya tak bisa melepaskan diri dari peran besar Desainer buku ini (Prishan Chaylissa) dan kang Eka Saepudin (pemilik SAE Printing). Dari awal, konsep buku ini akan dibuat berbeda dengan buku tentang Perencanaan Waris sebelumnya, yaitu sebagai "Infographics Book" artinya lebih banyak Info dalam bentuk gambar, ketimbang teks yang melelahkan.

Pembuatan illustrasi, bagan dan gambar inilah yang sebenarnya agak menyita waktu, tenaga dan pikiran. Karena kami ingin, buku tak hanya berguna bagi Agen Asuransi (yang notabene pernah -bahkan sering- belajar soal Perencanaan Waris) namun juga bagi nasabahnya yang awam.

Dalam pertemuan pembahasan desain final dua minggu lalu, kang Eka bilang ",Saya awam soal asuransi, dan awam juga soal Hukum waris. Tapi gara-gara tiap hari memelototi desain buku ini sebelum dicetak, terutama karena halaman 28-29 ini; saya jadi faham kegunaan memiliki Asuransi Jiwa".

Banyak orang bisa menjelaskan suatu hal dengan fasih tentang suatu hal, menuangkannya dalam tulisan yang panjang dan bagus ...namun jarang yang bisa meringkasnya dalam sebuah bagan -yang selain menarik- juga mudah dimengerti.

Bahkan ada seorang teman di Tangerang, hanya dengan mengirim satu "gambar" di buku ini dan mengirimkan melalui watsap pada calon nasabahnya : nasabah yang sudah didekatinya lama, jadi terbuka "hati"-nya.

Maka, inilah sebenarnya fungsi buku ini. Bukan buat sebagai sekedar koleksi. Dan itu mengapa harganya menjadi "sangat mahal" bagi sebagian orang, karena ini bukan sekedar berisi kisah narsistik dan motivasi kosong belaka.

Selamat menikmati bagi yang sudah menerima, bagi yang belum...mohon bersabar ya.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG