Skip to main content

THOMAS ALVA EDISON DAN SURAT AN-NUR

ni adalah pose mainstream kami di bawah kubah museum Hagia Sophia di Turki. Walau dari jauh kelihatan kubah raksasa ini bulat, tapi sebenarnya tak sepenuhnya bulat, malah lonjong. Garis tengahnya bila diukur dari Barat ke Timur 31 meter, namun dari Utara ke selatan 32.5 meter.

Hagia Sophia sebuah bangunan bekas basilika, masjid, dan sekarang museum, di Istanbul, Republik Turki. Dari masa pembangunannya di tahun 537 M sampai 1453 M, bangunan ini merupakan katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel, kecuali pada tahun 1204 sampai 1261, ketika tempat ini diubah oleh Pasukan Salib Keempat menjadi Katedral Katolik Roma di bawah kekuasaan Kekaisaran Latin Konstantinopel.

Bangunan ini menjadi masjid mulai 29 Mei 1453 sampai 1931 pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani. Kemudian bangunan ini menjalani serangkaian renovasi, dibuka sebagai museum pada 1 Februari 1935 oleh Republik Turki hingga kini.

Di atas kubah yang menjadi latar kami berfoto ternukil kutipan sebuah Ayat dari Al Quran. Nukilan surat An Nur ayat 35 itu ditulis dengan emas dan memakan waktu empat tahun untuk menyelesaikannya.

Dalam berapa catatan sejarah, konon, potongan surat An Nur ayat ke 35 ini ditemukan di ruang kerja Thomas Alva Edison. Mengapa? Karena, ternyata, di surat itu tertulis petunjuk Allah tentang teknologi yang kemudian ditemukan Thomas Alva Edison : bola lampu.

Surat An Nur 35 terjemahannya kira-kira berbunyi :

"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".

Jika kita cermati ayat tersebut, ayat tersebut mengunakan metafora/ perumpamaan – perumpamaan tentang “cahaya Allah”.

Kita lihat baca lagi ayat tersebut dan mengganti kata – kata perumpamaan dengan kata baru yang kita pahami saat ini agar memudahkan kita dalam mencerna maksud ayat tersebut sebenarnya menceritakan sebuah perumpamaan cahaya Allah sehingga kita tahu seperti apa perumpamaan tersebut.

Kata “minyak” (minyak adalah sebuah bahan bakar, yang dengan minyak sebuah api akan muncul). Relevansi dengan lampu, kata minyak bisa diganti dengan “Arus Listrik” karena arus listrik pada sebuah lampu adalah bahan bakar yang digunakan lampu sehingga lampu memancarkan cahaya.
Kalimat “seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.” Menjelaskan seperti sebuah ruang yang tidak bisa ditembus karena memiliki pembatas dan didalam ruang tersebut ada pelita besar.

Lampu tentu harus memiliki sebuah ruang dan ruang tersebut memiliki pembatas sehingga tidak tembus oleh udara. Pelita bisa diterjemahkan seperti sebuah filamen, pada sebuh lampu filamen berperan penting dalam proses terbentuknya cahaya, filamen memiliki kawat yang kecil dan jika di aliri arus listrik akan terbakar, karena berada didalam ruang yang tertutup yang “tidak tembus” (tidak ada udara) sehingga filamen itu berada pada antara putus dan tidak sehingga terbakar dan menimbulkan cahaya.

Kalimat “kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara” secara jelas menceritakan tentang sebuah kaca yang bersinar seperti mutiara dan seperti yang kita ketahui bahwa lampu adalah seakan-akan sebuah kaca yang bersinar.
Kalimat “yang dinyalakan dengan minyak” bisa kita tafsirkan secara lepas dengan “yang dinyalakan dengan arus listrik” minyak kita ganti dengan arus listrik karena arus listrik adalah bahan bakar sebuah lampu.

Kalimat “dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat”. Kalimat ini menceritakan sumber arus listrik dan darimana arus listrik itu berasal, kata “tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat” berarti berada di Utara dan Selatan yang berarti adalah kutub-kutub magnet.

Magnet utara dan selatan. Kutub – kutub Magnet utara dan selatan seolah-olah memiliki garis – garis gaya magnet yang bilamana sebuah kumparan dilewatkan memotong garis gaya magnet maka akan muncul sebuah beda potensial pada kutub anoda dan katoda sebuah kumparan, dan beda potensial antara anoda dan katoda serta menimbulkan tegangan listrik (voltase) yang bila mana telah dialirkan ke alat elektronik akan memunculkan arus listrik .

Kalimat “yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak di sentuh api” menjelaskan secara gamblang bahwa arus listrik yang sangat kuat pada media konduktor akan membuat konduktor tersebut terbakar dan hampir membuat terang walaupun tidak ada api yang membakar.

Wallahu alam.

Saya berfikir, itulah hikmah dari perjalanan-perjalanan hidup yang kita lakukan. Ayat-ayat yang tertulis di kitab suci adalah sumber inspirasi. Bukan sumber perpecahan, atau malah kebencian.
Alhamdulillah, bisa diberi kesempatan jalan-jalan sekaligus mengaji. Dari Hagia Sophia, saya mengaji.
#hikmahJumat

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG