Pagi belum genap, sebuah pesan pendek (sandek) masuk ke ponsel saya.
Saya mencoba mengumpulkan ingatan, siapa nama yang tertera di ponsel
ini.
Setelah proses "recalling" memori yang agak panjang, saya ingat ini adalah salah seorang calon nasabah yang pernah minta dibuatkan proposal program kesehatan.
"Pak Bas, ini XXXXX istrinya YYYY.
Mau tanya tentang asuransi kesehatan. Ini saya lagi di Rumah Sakit
ngurus pembayaran, pakai Asuransi, kenapa nomboknya jadi banyak ya",
Tulisnya di sandek.
Seingat saya, calon nasabah ini tak jadi ambil Asuransi Kesehatan sama saya. Dua tiga kali minta dibuatkan proposal tapi tak bisa dihubungi lagi dan tak pernah menghubungi.
Tapi berhubung memang tak ingat, saya "layani" saja pertanyaannya. Siapa tahu saya memang lupa bahwa dia memang nasabah saya.
"Nombok berapa pak, dan nomboknya di mana. Please cek kwitansinya",tanya saya balik, tetap via sandek.
Dia menyebut angka puluhan juta, dan menyebutkan beberapa items yang membuat nombok : obat, kunjungan dokter dan biaya operasi.
Aneh. Itu sepertinya bukan Program Asuransi yang biasanya saya tawarkan. Program yang saya tawarkan kecil sekali kemungkinan bisa nombok, karena sistem " as a charge" semua dibayar sesuai tagihan.
"Bapak coba cek lagi, apa benar itu Asuransi yang Bapak ambil dari saya?",tanya saya penasaran.
Jawabannya bikin kaget ",Bukan sih pak. Ini dari Asuransi ABCDEFG. Saya dulu tak jadi ambil dari pak Bas, agak kemahalan. Saya kontak Bapak, karena kontak agennya dari semalam tak bisa-bisa".
"Bagaimana saya bisa membantu bapak. Saya tahu program Asuransi Bapak saja tidak. Sebaiknya kontak ke Customer Service perusahaan Asuransi tersebut, biasanya nomernya ada di belakang kartu asuransi pak",Jawab saya lagi.
"Sudah pak, CS-nya hanya dijawab mesin, mereka aktif hanya di jam kerja". Sandek berhenti.
Pernah ketemu nasabah seperti ini, atau mungkin jadi nasabah yang seperti ini? yang melihat sebuah program Asuransi hanya dari Harga Premi semata, namun kurang kritis pada manfaat? Akibatnya penyesalan selalu datang terlambat.
Program Asuransi Kesehatan yang baik itu, bukan preminya BERAPA, namun memiliki manfaat APA. Setidaknya ada empat kriteria sebuah asuransi kesehatan yang baik :
1. Cashless : baik dengan kartu yang tinggal digesek atau ada surat penjaminan yang membuat kita tak perlu menyediakan uang tunai untuk Uang Muka (DP=Down Payment)
2. Tidak ada limitasi berdasar harga atau kelas kamar, yang tak hanya melimit kamarnya juga manfaat dokter, obat, operasi dan tindakan medis lain. Kamar dijamin yang berisi 1 tempat tidur dengan kamar mandi di dalam.
3. Membayar tagihan "As A Charge" alias, berapa yang ditagihkan, itu yang dibayar. Ini membuat program Asuransi ini bebas inflasi. Mau harga kamar dan tagihan RS berapa saja, tak perlu ada rasa taku kena "excess charge"
4. Memiliki layanan 24 jam, 365 hari. Karena sakit bisa datang kapan saja, di mana saja.
5. Preminya "flat", tidak ada was-was "di tengah jalan" tiba-tiba muncul surat pemberitahuan kenaikan premi. Iya sekarang murah, tapi nanti naik... apa bedanya?
Mengingat program Asuransi yang dimiliki Bapak calon nasabah saya itu, saya jadi teringat seorang Selebritis yang sedang heboh di sosial media.
Yang namanya mirip pertanyaan : Lucinta Luna? Gua sih Kagak
Kagak mau jadi nasabah yang hanya terbujuk rayuan "premi murah" saja.
** Foto adalah hak milik DETIK.COM
Setelah proses "recalling" memori yang agak panjang, saya ingat ini adalah salah seorang calon nasabah yang pernah minta dibuatkan proposal program kesehatan.

Seingat saya, calon nasabah ini tak jadi ambil Asuransi Kesehatan sama saya. Dua tiga kali minta dibuatkan proposal tapi tak bisa dihubungi lagi dan tak pernah menghubungi.
Tapi berhubung memang tak ingat, saya "layani" saja pertanyaannya. Siapa tahu saya memang lupa bahwa dia memang nasabah saya.
"Nombok berapa pak, dan nomboknya di mana. Please cek kwitansinya",tanya saya balik, tetap via sandek.
Dia menyebut angka puluhan juta, dan menyebutkan beberapa items yang membuat nombok : obat, kunjungan dokter dan biaya operasi.
Aneh. Itu sepertinya bukan Program Asuransi yang biasanya saya tawarkan. Program yang saya tawarkan kecil sekali kemungkinan bisa nombok, karena sistem " as a charge" semua dibayar sesuai tagihan.
"Bapak coba cek lagi, apa benar itu Asuransi yang Bapak ambil dari saya?",tanya saya penasaran.
Jawabannya bikin kaget ",Bukan sih pak. Ini dari Asuransi ABCDEFG. Saya dulu tak jadi ambil dari pak Bas, agak kemahalan. Saya kontak Bapak, karena kontak agennya dari semalam tak bisa-bisa".
"Bagaimana saya bisa membantu bapak. Saya tahu program Asuransi Bapak saja tidak. Sebaiknya kontak ke Customer Service perusahaan Asuransi tersebut, biasanya nomernya ada di belakang kartu asuransi pak",Jawab saya lagi.
"Sudah pak, CS-nya hanya dijawab mesin, mereka aktif hanya di jam kerja". Sandek berhenti.
Pernah ketemu nasabah seperti ini, atau mungkin jadi nasabah yang seperti ini? yang melihat sebuah program Asuransi hanya dari Harga Premi semata, namun kurang kritis pada manfaat? Akibatnya penyesalan selalu datang terlambat.
Program Asuransi Kesehatan yang baik itu, bukan preminya BERAPA, namun memiliki manfaat APA. Setidaknya ada empat kriteria sebuah asuransi kesehatan yang baik :
1. Cashless : baik dengan kartu yang tinggal digesek atau ada surat penjaminan yang membuat kita tak perlu menyediakan uang tunai untuk Uang Muka (DP=Down Payment)
2. Tidak ada limitasi berdasar harga atau kelas kamar, yang tak hanya melimit kamarnya juga manfaat dokter, obat, operasi dan tindakan medis lain. Kamar dijamin yang berisi 1 tempat tidur dengan kamar mandi di dalam.
3. Membayar tagihan "As A Charge" alias, berapa yang ditagihkan, itu yang dibayar. Ini membuat program Asuransi ini bebas inflasi. Mau harga kamar dan tagihan RS berapa saja, tak perlu ada rasa taku kena "excess charge"
4. Memiliki layanan 24 jam, 365 hari. Karena sakit bisa datang kapan saja, di mana saja.
5. Preminya "flat", tidak ada was-was "di tengah jalan" tiba-tiba muncul surat pemberitahuan kenaikan premi. Iya sekarang murah, tapi nanti naik... apa bedanya?
Mengingat program Asuransi yang dimiliki Bapak calon nasabah saya itu, saya jadi teringat seorang Selebritis yang sedang heboh di sosial media.
Yang namanya mirip pertanyaan : Lucinta Luna? Gua sih Kagak
Kagak mau jadi nasabah yang hanya terbujuk rayuan "premi murah" saja.
** Foto adalah hak milik DETIK.COM
Comments
Post a Comment