
Saya mengenal beliau berdua dalam perjalanan mengelilingi Turki dua bulan lalu.
Kalau ditanya seperti apa pekerja gigih, maka izinkan saya menuturkan kisah mereka.
Pak D dan Ibu E bertemu dan kemudian berjodoh ketika mereka berdua bekerja di sebuah pabrik tekstil di Bandung.
Pak D dulu adalah tenaga penjualan merangkap sopir, dan Ibu E di bagian administrasi. Pekerjaan pak D adalah berkeliling pasar se Jawa, menawarkan kain produksi pabrik bosnya.
Sesekali bila tak keliling cari order, pak D "nyupirin" bosnya, menemani bos ikut ketemu beberapa pejabat dan rekanan pentingnya.
Sang bos, memiliki kebiasaan setiap Sabtu dan Minggu hanya mencurahkan waktu untuk keluarga, tak mau diganggu. Sedangkan beberapa pejabat rekanannya selalu datang untuk sekedar main golf ke Bandung pada Sabtu dan Minggu. Bos menugaskan pak D yang menjemput, menemui, mengantar dan menemani para pejabat itu... Bahkan membayar segala keperluan mereka (tentu pakai uang sang bos).
Dari sana pak D menjadi akrab dan dekat dengan para pejabat itu. Kadang dilibatkan dalam pertemuan atau rapat sang pejabat di Bandung. Dari situlah bibit kepercayaan itu muncul.
Hingga suatu kali, instansi yang dikepalai sang pejabat membutuhkan seragam baru, dan sang pejabat meminta pak D yang meng-handle pekerjaan itu. Proyek lumayan besar.
Singkat cerita, pak D sukses menangani proyek itu dan medapat sejumlah (besar) keuntungan. Berbekal keuntungan itu, beliau melamar ibu E, mengajukan pengunduran diri ke bosnya dan meminta supaya bisa dijadikan distributor kain buatan pabrik bosnya. Bosnya setuju.
Empat tahun memulai usaha, pak D dan ibu E tersaruk-saruk. Mereka lalui hidup di atas truk, menjajakan kain dari satu kota ke kota lain.
"Tiap malam, kami istirahat di pom bensin. Ibu E tidur di kabin truk, saya di musholla. Nggak tahu bakal berhasil apa enggak. Pokoknya kami jalani saja",katanya kemarin.
Kini, setelah enam tahun mereka bisa merasakan hasilnya. Tak hanya berdagang kain, mereka juga membuat seragam sekolah dan instansi. Omzetnya? milyaran.
Kemarin kami berdiskusi panjang soal Perencanaan Keuangannya, juga tentu soal Pajak. Pak D ingin menjadi warga negara yang bersyukur dengan tertib membayar pajak sesuai aturan.
Banyak yang ingin beliau ketahui.
"Saya sudah mendapat banyak (dari negeri ini) pak, saatnya saya juga memberi banyak",tuturnya kemarin, sambil berkeringat setelah menyiapkan 20 bal kain pesanan pelanggannya.
Sudah mendapat banyak, seharusnya memberi banyak. Itu mengapa saya masih optimis pada negeri ini.
Comments
Post a Comment