Tadi malam, selesai sharing di Great Agency, AIA Financial Bandung
tentang A"suransi sebagai Solusi Perencanaan Waris dan Pajak", bergegas
saya jemput Alifa dari kampusnya di Jatinangor.
Setelah komplit, berempat, kami bergegas makan bareng di sebuah pusat perbelanjaan di kota Bandung.
Seperti biasa, momen yamg sudah mulai langka ini kami manfaatkan untuk ngobrol, diskusi tentang banyak hal.
Tadi malam, obrolan kami tentang film "The Founder". Kisah Raymond Kroc, alias Ray Kroc-mengakuisisi McDonald dari tangan Dick dan Mac Donald.
McDonald adalah bisnis menjual burget, tadinya. Dick dan Mac membuat inovasi sistem produksi dan layanan cepat burger bernama Spedee, yang memungkinkan membuat burger bisa dilakukan dengan cepat, namun memiliki standar yang sama.
Hingga datang Ray Kroc yang menawarkan menjadi Master Franchise burger McDonald. Walau awalnya Dick dan Mac menolak, tapi akhirnya mereka luluh, menyerahkan hak master Franchise pada Ray.
Ray berjuang dengan gaya lama. Dia mengambil "untung" dari sebagian margin berjualan burger, namanya juga bisnis jualan burger kan... Dan walhasil, dia pontang-panting , super sibuk keliling negeri mengawasi outlet, namun tetap merugi hingga datang notifikasi dari Bank. Bahwa rumahnya akan disita karena sudah menunggak tiga bulan.
Ray datang ke Bank, menemui petugas bagian kredit di booth pelayanan. Dia ceritakan soal bisnisnya pada petugas bank -yang sebenernya hanya pengen tunggakan itu dibayar.
Tanpa sadar, di booth sebelah Ray, duduk seorang lelaki - Harry J Sonneborn- yang menguping cerita Ray pada petugas Bank. Sonneborn mengejar Ray sampai halaman Bank dan bilang ",Aku pengen ngobrol soal Mc Donald". Walau bingung dan curiga, Ray mengajak Sonneborn ke kantornya serta menunjukkan buku besar akuntingnya.
"Kamu menjalani bisnis yang keliru. Bukan bisninya yang keliru, tapi caranya yang keliru",kata Sonneborn pada Ray. Ray kaget.
"Seharusnya sebagai master franchise kamu bukan berbisnis jualan burger, namun bisnis Property dan Membangun Manusia",lanjut Sonnerborn sambil menggambar diagram bisnis yang dimaksudkannya.
Walau
akhirnya film ini diakhiri dengan tragis, dimana Dick dan Mac kehilangan
merk McDonald yang dibangunnya, melepaskan pada Ray Kroc dengan
pembayaran royalti "lump sum" US$ 2.7 juta dollar, tapi patutlah kita
belajar dari kisah itu.
"Apa pelajaran yang bisa kita petik dari cerita McD itu, mbak Alifa", Tanya saya pada Alifa yang sedang sibuk mengunyah kentanggoreng kesukaanya.
"Bangun bisnis tidak semata dengan hanya semata menjual barang atau jasa, mencari duit semata. Bangun bisnis dengan NIAT membangun manusia", Jawabnya taktis.
Ya, banyak orang membangun bisnis hanya untuk memperkaya dirinya sendiri. Orang seperti ini biasanya bisnisnya jalan, bisa jadi bagus, duitnya banyak tapi dia tak punya waktu untuk menambah wawasan.
Jangankan menambah wawasan untuk orang lain, wawasan untuk dirinya sendiri saja tak sempat bisa dilakukan. Hanya tahu dunia dari media sosial, tanpa punya kemampuan untuk menyaringnya. Gampang percaya, akhirnya sering termakan hoax.
"Jadi niatkan setiap langkah kita dalam usaha untuk membangun diri kita sendiri dan juga membangun nasabah, teman sejawat kita. Jangan ketemu orang bawaannya hanya berfikir : keuntungan apa yang bisa aku ambil dari orang itu", Imbuh saya sok bijak.
Berfikirlah, bagaimana kita bisa menjadi bagian dari solusi masalah dia. InsyaAllah, uang akan datang dengan sendirinya.
Jadilah orang yang merdeka. Jangan jadi orang yang memiliki bisnis, tapi dipenjara oleh bisnisnya. Punya bisnis tapi tak bisa kemana-mana, cupet pikirannya.
Karena lupa pada misi membangun manusia lainnya. Jangan pernah capek ikut dalam misi ikut membangun manusia.
Punya duit, atau ilmu jangan pelit untuk dibagi.
#hikmatjumat
Setelah komplit, berempat, kami bergegas makan bareng di sebuah pusat perbelanjaan di kota Bandung.
Seperti biasa, momen yamg sudah mulai langka ini kami manfaatkan untuk ngobrol, diskusi tentang banyak hal.
Tadi malam, obrolan kami tentang film "The Founder". Kisah Raymond Kroc, alias Ray Kroc-mengakuisisi McDonald dari tangan Dick dan Mac Donald.
McDonald adalah bisnis menjual burget, tadinya. Dick dan Mac membuat inovasi sistem produksi dan layanan cepat burger bernama Spedee, yang memungkinkan membuat burger bisa dilakukan dengan cepat, namun memiliki standar yang sama.
Hingga datang Ray Kroc yang menawarkan menjadi Master Franchise burger McDonald. Walau awalnya Dick dan Mac menolak, tapi akhirnya mereka luluh, menyerahkan hak master Franchise pada Ray.
Ray berjuang dengan gaya lama. Dia mengambil "untung" dari sebagian margin berjualan burger, namanya juga bisnis jualan burger kan... Dan walhasil, dia pontang-panting , super sibuk keliling negeri mengawasi outlet, namun tetap merugi hingga datang notifikasi dari Bank. Bahwa rumahnya akan disita karena sudah menunggak tiga bulan.
Ray datang ke Bank, menemui petugas bagian kredit di booth pelayanan. Dia ceritakan soal bisnisnya pada petugas bank -yang sebenernya hanya pengen tunggakan itu dibayar.
Tanpa sadar, di booth sebelah Ray, duduk seorang lelaki - Harry J Sonneborn- yang menguping cerita Ray pada petugas Bank. Sonneborn mengejar Ray sampai halaman Bank dan bilang ",Aku pengen ngobrol soal Mc Donald". Walau bingung dan curiga, Ray mengajak Sonneborn ke kantornya serta menunjukkan buku besar akuntingnya.
"Kamu menjalani bisnis yang keliru. Bukan bisninya yang keliru, tapi caranya yang keliru",kata Sonneborn pada Ray. Ray kaget.
"Seharusnya sebagai master franchise kamu bukan berbisnis jualan burger, namun bisnis Property dan Membangun Manusia",lanjut Sonnerborn sambil menggambar diagram bisnis yang dimaksudkannya.

"Apa pelajaran yang bisa kita petik dari cerita McD itu, mbak Alifa", Tanya saya pada Alifa yang sedang sibuk mengunyah kentanggoreng kesukaanya.
"Bangun bisnis tidak semata dengan hanya semata menjual barang atau jasa, mencari duit semata. Bangun bisnis dengan NIAT membangun manusia", Jawabnya taktis.
Ya, banyak orang membangun bisnis hanya untuk memperkaya dirinya sendiri. Orang seperti ini biasanya bisnisnya jalan, bisa jadi bagus, duitnya banyak tapi dia tak punya waktu untuk menambah wawasan.
Jangankan menambah wawasan untuk orang lain, wawasan untuk dirinya sendiri saja tak sempat bisa dilakukan. Hanya tahu dunia dari media sosial, tanpa punya kemampuan untuk menyaringnya. Gampang percaya, akhirnya sering termakan hoax.
"Jadi niatkan setiap langkah kita dalam usaha untuk membangun diri kita sendiri dan juga membangun nasabah, teman sejawat kita. Jangan ketemu orang bawaannya hanya berfikir : keuntungan apa yang bisa aku ambil dari orang itu", Imbuh saya sok bijak.
Berfikirlah, bagaimana kita bisa menjadi bagian dari solusi masalah dia. InsyaAllah, uang akan datang dengan sendirinya.
Jadilah orang yang merdeka. Jangan jadi orang yang memiliki bisnis, tapi dipenjara oleh bisnisnya. Punya bisnis tapi tak bisa kemana-mana, cupet pikirannya.
Karena lupa pada misi membangun manusia lainnya. Jangan pernah capek ikut dalam misi ikut membangun manusia.
Punya duit, atau ilmu jangan pelit untuk dibagi.
#hikmatjumat
Comments
Post a Comment