Skip to main content

Salesman Bukan Koboi


"Tempat saya cocok nggak pak buat usaha kopi. Modal buat (beli hak) franchise nggak masalah",kata calon franchisee saya ini.

"Kalau lokasi sih strategis, pinggir jalan utama nan ramai. Parkiran cukup. Masalahnya target market Bapak yang berat, belum terbiasa "ngopi" Rp 15 ribuan. Hasil kuesioner yang dibagi masih bilang"ngapain saya ngopi lima belas ribuan kalau masih bisa ngopi seribuan sambil nonton tivi di rumah",kata saya.

"Kalau Bapak memang ingin tetap membuka usaha kopi, nggak masalah, tapi bujet Bapak yang sedianya untuk membeli paket Franchise dipakai saja untuk kampanye edukasi "ngopi lima belas ribuan". Daripada beli franchise mahal, nggak kunjung BEP karena nggak ada market...rugi gede.
"Oh ya begitu ya pak. Saya pikir harga kopi segitu "masuk", kata beliau.

Dalam dunia jualan, sebaiknya tak memakaikan sepatu kita ke kaki konsumen. Buat kita mahal, belum tentu buat konsumen begitu. Begitu juga berlaku sebaliknya.
Nggak cuma di dunia per-kopi-an saya sih...di dunia per-asuransi-an yang juga saya geluti juga begitu.

Baru ketemu pertama sama calon nasabah, lalu main langsung main tebak "premi yang cocok". Akhirnya sulit terjadi penjualan, karena ada "supply-demand gap"...Bahkan kalaupun terjadi penjualan, biasanya akan ada masalah di kemudian hari.

Maka, kegiatan bernama "Fact Finding" sangatlah vital dilakukan para salesman untuk mengetahui persis kebutuhan konsumennya. Namun rata-rata salesman (cq. Financial Consultant Asuransi) tak lolos di tahap ini. Kurang telaten.

Main tembak, kayak koboi.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG