Skip to main content

ESPASS ketemu BPJS : Kelar !

"Buat apa Bas aku beli produk (infinite) yang kamu tawarin, aku lebih suka main apartemen aja. Kamu tahu sendiri kan", kata nasabah saya.

Beliau, nasabah saya ini, adalah mantan bos saya dulu di sebuah kantor media, saat ini menjadi Direktur Marketing sebuah Stasiun TV besar di Jakarta. Bukan sekedar atasan, beliau juga mentor dalam banyak hal : terutama bagaimana mengelola uang. Maklum, jaman masih jadi ESPASS (Esekutip Pas-pasan) saya tergolong boros juga, keberatan gaya.

Beliau bukan tipe orang yang suka banget gonta-ganti tas mahal hanya untuk sekedar gaya dan cari pujian. Walau tas atau asesoris yang menempel di badannya semua "branded" tapi hanya karena alasan : enak dipakai, atau modelnya pas. Sebagian besar penghasilannya dipakai untuk berinvestasi di apartemen atau bikin usaha mulai dari isi ulang air mineral, laundry, production house hingga mengontrakkan apartemen-apartemen yang dimilikinya.

Singkatnya, beliau ini bukan tipe manusia BPJS (Bujet Pas-Pasan, Jiwa Sosialita) yang biasa saya temukan di medsos.

Saya sodorkan gambar yang saya buat sendiri ini ke beliau. " Oke bu, bayangkan Ibu pengen memiliki Asset yang 10 tahun lagi nilainya Rp 5 Miliar".

Kalau ibu membeli apartemen, maka -katakan supaya mudah menghitung, dengan inflasi 8 % per tahun - maka ibu harus punya apartemen dengan harga saat ini Rp 2.3 Miliar. Dimana untuk mendapatkannya perlu DP Rp 690 jutaan, cicilannya Rp 30jutaan per bulan, selama 10 tahun. Belum pajaknya.

Bila ibu -katakan- di tahun ke 4 atau ke 5 perlu dana Rp 600 juta, mungkin Ibu harus jual apartemen itu. Makin mepet butuh uangnya, makin bawah harga pasar jualnya. Padahal perlu duitnya cuma Rp 600 juta, barangkali cuma 20% harga apartemen itu... Belum lagi soal legalitas ketika proses pewarisan (legacy transfer) yang perlu biaya besar.

"Oke, saya ngerti itu. Trus bedanya sama produk yang kamu tawarkan ini",Kata beliau, penasaran.
Sambil meneguk air mineral, saya meneruskan. " Kita berangkat dari target asset yang sama Rp 5 Miliar. Ibu tak perlu mengeluarkan uang untuk DP, dan hanya perlu "mencicil" Rp 10 jutaan per bulan".

Sambil mengubah posisi duduknya, beliau bertanya lagi",Benefit lainnya apa?
"Ya bu, karena ini adalah produk asuransi, (Infinite) ini memiliki "Manfaat Panjang Umur" dan "Manfaat Pendek Umur"", kataku.

Manfaat Panjang Umur adalah bila kita panjang umur, uang yang kita bayarkan bisa kita tarik "kapan saja", sesuai kebutuhan tanpa harus mencairkannya semua.

Manfaat Pendek Umur adalah target Rp 5 Miliar itu akan bisa ditransfer sebagai "legacy" atau warisan, kapan saja terjadinya. Tanpa ada proses yang berbelit dan berbiaya tinggi.

"Ah, Basri. Saya sering ditawarin produk mirip seperti ini, saat saya mau dengan Target Dana Rp 5 Miliar, saya disuruh Medical Check Up yang berbelit, makan waktu dan kadang gara-gara itu pengajuan asuransi saya tak diterima. males ah, saya nggak punya waktu",katanya sambil mengaduk kopi di depannya.

"Ah ibu, untuk produk (Infinite) ini, Ibu -untuk target dana sampai Rp 7 Miliar - tak perlu ada Medical Check Up",kata saya meyakinkan.

"Serius Bas? Boleh deh dibuatkan hitungannya. Saya tertarik",Kata beliau dengan mimik muka serius.

Dan... kemarin saya antarkan polis dengan map kulit ekslusif untuk beliau. Itu adalah Asset untuk masa pensiun beliau. Saya beruntung selalu ketemu mantan atasan yang bukan ESPASS dan BPJS, selalu ada pencerahan.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG