Aleksander III dari Macedonia, atau Iskandar yang Agung kita kenalnya adalah putra dari Raja Filipus II dari Macedonia.
Dalam mitologi Yunani diceritakan dia adalah raja terkuat, panglima perang paling berani dengan wilayah kekuasaan hampir sepertiga dunia. Membentang dari Laut Ionia hingga Pegunungan Himalaya.
Dia adalah murid dari Aristoteles, yang saking pintar dan beraninya, banyak strateginya dipelajari para jendral perang hingga kini. Banyak peperangan besar yang telah dimenangkannya, termasuk perang besar yang terkenal : Perang Issus dan perang Gaugamela.
Islandar yang agung, walau panglima yang kuat, hebat, kaya namun tak bisa mencegah kematiannya sendiri.
Dia meninggal dunia pada usia 33 tahun, tepat tiga tahun setelah penaklukannya pada India gagal. Dia dipercaya meninggal karena Malaria.
Bayangkan, seorang raja yang sangat kaya dan berkuasa meninggal hanya karena gigitan seekor nyamuk yang kecil.
Sesaat sebelum meninggal, Iskandar yang Agung meninggalkan Wasiat :
Pertama, dia minta yang memanggul jenazahnya adalah dokter-dokter terhebat se Macedonia.
Kedua, dia minta hartanya ditabur di tanah yang akan dilewati prosesi jenazahnya menuju kubut.
Ketiga, dalam peti batu yang akan dipakai untuk menyimpan jenazahnya dia minta dibuat lubang supaya tangan kanannya bisa tetap berada di luar peti.
Arti pesan pertama adalah : Bahkan dokter terbaikpun hanya
bisa menjadi pemanggul jenazah ketika ajal telah tiba. Tak ada
keahlian di dunia yang bisa mencegah KetentuanNya.
Arti pesan kedua : sebanyak apapun rumah, apartemen, emas, berlian tak akan dibawa ketika ajal kita tiba, dia hanya akan menjadi bahan pijakan bahkan perebutan, pertikaian untuk orang yang kita tinggalkan.
Arti pesan ketiga : Iskandar yang Agung ingin menyampaikan tangannya yang tadinya sanggup menggenggam kekuasaan sepertiga bola dunia, ketika meninggal dan masuk ke peti mati, sudah tak bisa memegang apa-apa.
Iskandar yang Agung ingin menyampaikan : hidup tak bisa hanya sekedar mengejar harta. Dan... Hidup di dunia jangan sombong, karena saat mati tak ada kuasa yang bisa kita bawa atau andalkan.
Ojo Dumeh, kata orang Jawa.
-- Foto : di depan dan di dalam "Pesantren" tertua di Turki, terletak di kota Amasya. Di sini, Sultan Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel belajar agama dan strategi Perang.
Dalam mitologi Yunani diceritakan dia adalah raja terkuat, panglima perang paling berani dengan wilayah kekuasaan hampir sepertiga dunia. Membentang dari Laut Ionia hingga Pegunungan Himalaya.
Dia adalah murid dari Aristoteles, yang saking pintar dan beraninya, banyak strateginya dipelajari para jendral perang hingga kini. Banyak peperangan besar yang telah dimenangkannya, termasuk perang besar yang terkenal : Perang Issus dan perang Gaugamela.
Islandar yang agung, walau panglima yang kuat, hebat, kaya namun tak bisa mencegah kematiannya sendiri.
Dia meninggal dunia pada usia 33 tahun, tepat tiga tahun setelah penaklukannya pada India gagal. Dia dipercaya meninggal karena Malaria.
Bayangkan, seorang raja yang sangat kaya dan berkuasa meninggal hanya karena gigitan seekor nyamuk yang kecil.
Sesaat sebelum meninggal, Iskandar yang Agung meninggalkan Wasiat :
Pertama, dia minta yang memanggul jenazahnya adalah dokter-dokter terhebat se Macedonia.
Kedua, dia minta hartanya ditabur di tanah yang akan dilewati prosesi jenazahnya menuju kubut.
Ketiga, dalam peti batu yang akan dipakai untuk menyimpan jenazahnya dia minta dibuat lubang supaya tangan kanannya bisa tetap berada di luar peti.

Arti pesan kedua : sebanyak apapun rumah, apartemen, emas, berlian tak akan dibawa ketika ajal kita tiba, dia hanya akan menjadi bahan pijakan bahkan perebutan, pertikaian untuk orang yang kita tinggalkan.
Arti pesan ketiga : Iskandar yang Agung ingin menyampaikan tangannya yang tadinya sanggup menggenggam kekuasaan sepertiga bola dunia, ketika meninggal dan masuk ke peti mati, sudah tak bisa memegang apa-apa.
Iskandar yang Agung ingin menyampaikan : hidup tak bisa hanya sekedar mengejar harta. Dan... Hidup di dunia jangan sombong, karena saat mati tak ada kuasa yang bisa kita bawa atau andalkan.
Ojo Dumeh, kata orang Jawa.
-- Foto : di depan dan di dalam "Pesantren" tertua di Turki, terletak di kota Amasya. Di sini, Sultan Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel belajar agama dan strategi Perang.
Comments
Post a Comment