Dalam perjalanan ke terminal Kampung Rambutan, di kisaran 1995 dengan
motor honda C 70 dan kebaikan hatinya, mas Roch Diarto -senior saya di
Republika- membonceng sambil setia mendengar keluh kesah saya, sarjana
baru yang bekerja dengan gaji Rp 350 ribu sebulan.
Hal yang selalu saya tanyakan adalah, "Apakah hidup saya akan berubah setelah ini, tak perlu bergelantungan di KRL yang penuh sesak, atau menyusahkannya dengan menumpang hingga terminal bis selagi pulang kerja".
Beliau selalu menjawab," Yakinlah, jangan hentikan cita-citamu "di sini". Beranilah. Berfikirlah. Maka hidupmu akan berubah.".
Mas Roch tak bosan menjawab pertanyaan yang sama, setiap kali saya minta kebaikan hatinya membonceng hingga terminal Kampung Rambutan. Dulu, saya tak punya motor, tak ada mobil, apalagi rumah.
Kini, 22 tahun berlalu, semua sudah berubah.
Jejak mas Roch Diarto sudah tak lagi bisa saya temukan. Hidup juga begitu, yang dulu tak ada, sekarang sudah ada. Jawaban mas Roch terbukti sudah, asal mau berani, berfikir dan bekerja ternyata semua yang tadinya mimpi bisa jadi nyata.
Tadi pagi, Diva, anak saya yang masih SMA tiba-tiba bertanya,"Bapak, apa aku bisa sekolah keluar negeri?". Saya teringat mas Roch Diarto dan keyakinannya dulu, dan saya jadi ingat : bahwa -mungkin- mimpi saya sudah selesai, kini saya sedang berfikir dan bekerja untuk mimpi besar anak-anak saya.
Mungkin kita semua harus begitu. Bismillah.
-- Foto diambil tahun 2007, sepuluh tahun lalu, saat mau mencoba peruntungan sebagai tukang foto keliling dengan kamera warisan almarhum Bapak saya (untung gak jadi ...)
Hal yang selalu saya tanyakan adalah, "Apakah hidup saya akan berubah setelah ini, tak perlu bergelantungan di KRL yang penuh sesak, atau menyusahkannya dengan menumpang hingga terminal bis selagi pulang kerja".

Mas Roch tak bosan menjawab pertanyaan yang sama, setiap kali saya minta kebaikan hatinya membonceng hingga terminal Kampung Rambutan. Dulu, saya tak punya motor, tak ada mobil, apalagi rumah.
Kini, 22 tahun berlalu, semua sudah berubah.
Jejak mas Roch Diarto sudah tak lagi bisa saya temukan. Hidup juga begitu, yang dulu tak ada, sekarang sudah ada. Jawaban mas Roch terbukti sudah, asal mau berani, berfikir dan bekerja ternyata semua yang tadinya mimpi bisa jadi nyata.
Tadi pagi, Diva, anak saya yang masih SMA tiba-tiba bertanya,"Bapak, apa aku bisa sekolah keluar negeri?". Saya teringat mas Roch Diarto dan keyakinannya dulu, dan saya jadi ingat : bahwa -mungkin- mimpi saya sudah selesai, kini saya sedang berfikir dan bekerja untuk mimpi besar anak-anak saya.
Mungkin kita semua harus begitu. Bismillah.
-- Foto diambil tahun 2007, sepuluh tahun lalu, saat mau mencoba peruntungan sebagai tukang foto keliling dengan kamera warisan almarhum Bapak saya (untung gak jadi ...)
Nama saya andi wijaya,saya di sini berniat untuk menjual ginjal,umur saya 21 Tahun, no hp saya 081315840369
ReplyDelete