Skip to main content

TIADA IMPIAN NAN TERLALU TINGGI

Ajatashatru Lavash Patel kecil hidup bersama ibunya -buruh cuci- di sudut kumuh kota Mumbai- India. Aja, begitu dia biasa dipanggil.

Sang ibu memiliki impian yang sangat besar bisa membawa Aja ke Paris. di salah satu tiang rumah mereka yang sempit, ibu Aja menempelkan poster bergambar Menara Eiffel yang selalu diusapnya dengan penuh pengharapan.

Hingga ketika sudah cukup umur, ibunya mengirim Aja bersekolah. Sepulang sekolah Aja menyadari sesuatu, dan berkata pada ibunya", Ibu, ternyata kita terlalu miskin untuk bisa sampai ke Paris".
Sang ibu tersenyum, dan bilang ",Untuk orang yang mau berusaha, Tiada Impian yang terlalu tinggi".

Suatu hari, Aja kecil sakit, dan ibunya membawanya ke dokter. Di ruang tunggu kamar praktek dokter, dia melihat Katalog toko meubel IKEA berbahasa Perancis. Aja kecil terkagum melihat perabotan bagus yang tergambar di dalamnya, dan membayangkan orang Paris tinggal di rumah mungil dengan perabotan bagus seperti di foto katalog.

Dengan penalarannya, dia mulai mencoba mengerti mengapa ibunya selalu ingin mengajaknya ke Paris (padahal bukan itu alasannya). Katalog itu dibawanya kemana-mana, diceritakannya pada teman-temannya niatnya pergi ke Paris.

Suatu kali, di pasar, Aja menonton penampilan pertunjukan "levitasi" dan sulap jalanan seorang Fakir. Fakir itu bisa memukau penonton serta bisa mengumpulkan banyak uang dari situ.
Muncul ide di kepala Aja. Malamnya dia mencuri perlengkapan di Fakir, dan menggelar pertunjukkannya sendiri di pasar-pasar dan jalanan kota Mumbai, walau selalu dikejar polisi.

Setelah merasa terkumpul uang yang cukup untuk membeli tiket dan uang saku untuk ke Paris, Aja yang sudah beranjak remaja bergegeas pulang. Namun dia menemukan ibunya sudah tergolek tak bernyawa, sebelum bisa mewujudkan impiannya pergi ke Paris.

Berbekal paspor dan uang 100 Euro palsu, Aja membawa Abu kremasi ibunya ke Paris. Tahu tempat yang ditujunya pertama? ...ya toko meubel IKEA.

Petualangan berhenti sampai di situ? Tidak. Di Paris, karena tak punya uang dia diam-diam tidur di dalam Ikea, hingga terbawa dalam dus meubel Ikea ke London. Dalam truk yang membawanya ke London, dia bertemu Wiraj, seorang imigran gelap dari Somalia yang belakangan menjadi sahabatnya.

Di London, dia tertangkap polisi, diekstradisi ke Spanyol namun berhasil melarikan diri dengan bersembunyi ke Peti wardrobe seorang artis Italia.

Sepanjang perjalanan dalam (bagasi) pesawat, di dalam peti itu, Aja menuliskan kisah hidupnya di kemeja putihnya. Belakangan, ketika ketahuan oleh si Artis, kemeja yang berisi tulisan tangannya itu dibeli 50 juta euro, karena dianggap bernilai seni tinggi.

Uang itu diincar oleh sebuah sindikat, yang mengejar Aja hingga dia bersembunyi ke sebuah balon udara -dan tak sengaja- menerbangkannya sampai mendarat di kapal bajak laut yang menuju Tripoli, Libya.

Di Libya, Aja kembali bertemu Wiraj dan membagikan uangnya untuk para pengungsi : untuk mewujudkan impiannya. Ada yang ingin membeli kapal nelayan, ada yang ingin kursus membuat coklat.

Uang 50 juta euro tinggal bersisa 500 ribu yang dipakainya untuk membuat paspor palsu dan tiket kembali ke Mumbai.

Tapi sebelum terbang ke Mumbai, Aja mampir ke Paris. Mengambil abu kremasi ibunya yang tertinggal dalam sebuah toples di Ikea dan bergegas naik ke menara Eiffel, melemparkan surat terakhir ibunya (yang dilipat menjadi pesawat kertas-untuk ayah yang tak dikenal Aja, seorang seniman jalanan asal Paris.

Surat ibunya mendarat di makam ayahnya.

Benar kata ibunya, tiada impian yang terlalu tinggi untuk orang yang mau berusaha.

Berhasil membuktikan semangat ibunya, pulang ke Mumbai, Aja menjadi guru : untuk menyebarkan semangat ibunya ke anak-anak orang miskin yang diajarnya.

--- Disarikan dari Film "The Extraordinary Journey of the Fakir", 2018.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG