Skip to main content

SEPERTI HANSIP ATAU SATPAM

Saya kira ini kekeliruan yang banyak dilakukan para “agen asuransi”. Menjual Tabungan Pendidikan!

Dua hari lalu, saya menemani salah satu team BHR, masih rookie, melakukan “Joint Field Work” ke salah satu calon nasabahnya.

Calon nasabah ini seorang ibu, yang berkeinginan menyiapkan Dana Pendidikan untuk dua anaknya yang masih berumur satu dan tiga tahun. Niat yang mulia.

Setelah basa basi busuk seperti biasa, maka tibalah kami pada sesi presentasi. Si Nasabah (dan agen baru kami, sambil belajar) mendengarkan dengan tekun penjelasan saya.

“Kok jadinya mahal ya pak”,kata si Ibu.

“Saya dapat penawaran dari Asuransi XXX jauh lebih murah dari ini “,katanya sambil mengambil dari dalam rak sebuah proposal dari agen asuransi lain. Dan saya baca proposal itu.

Tipikal proposal Dana Pendidikan yang ditawarkan “agen jarang training” : MENEKAN Uang Pertanggungan (UP) dan MENEKANKAN pada Proyeksi Hasil Investasi...dengan bumbu : ini tabungan, hasil yang diraih pasti segitu (padahal asumsi underlying asset investasi-nya di ekuiti/saham).

“Kata agen asuransi ini, jangan mau dibuatkan program tabungan pendidikan pakai UP tinggi, percuma, biayanya besar nanti menggerus nilai tabungannya”,Sergah si ibu.

Saya tersenyum. “Jadi begini, bu”,kata saya sambil mengambil kertas dan spidol, senjata andalan saya.

Pertama, Perusahaan Asuransi tidak menjual produk Tabungan, Perusahaan Asuransi menawarkan Produk Proteksi. Yang menjual Produk Tabungan adalah Bank, jadi istilah Tabungan Pendidikan adalah salah kaprah.

Kedua, menghitung dana pendidikan haruslah mempertimbangkan Time Value of Money. Biaya masuk SMP yang sekarang Rp 50 jutaan, diperkirakan duabelas tahun lagi sudah menjadi Rp 194 juta. Dan seterusnya SMA serta Universitas. Jadi fokusnya bukan mengejar MURAH, tapi BERAPA TARGET DANA YANG DIBUTUHKAN.

Ketiga, meracik Asuransi Dana Pendidikan selain mempertimbangkan Target Dana, juga harus mempertimbangkan Dua Skenario Hidup (Lihat Gambar : Skenario A dan B ). Itu perbedaan “menyimpan” uang di Bank (dalam bentuk tabungan), Manajer Investasi (dalam bentuk Reksadana) ... dan di Perusahaan Asuransi (dalam bentuk Asuransi Dana Pendidikan).

Produk Asuransi, memastikan baik orang tua berada skenario A maupun B yang terjadi, anak tetap bisa sekolah sesuai niat awal tanpa harus minta belas kasihan orang lain.

Jadi meracik Asuransi Dana Pendidikan yang ideal adalah membuat UP kurang lebih sama dengan Target Dana Final/Total hingga anak sampai Univversitas.

Contoh, Total Target Dana Pendidikan yang diperlukan sampai anak Universitas Rp 2,5 Miliar, maka buat juga UP-nya Rp 2,5 Miliar. Jadi dalam skenario orang tua panjang umur atau pendek umur, Target Dana itu tetap tercapai.

“Saya rugi dong bayar Biaya Asuransinya”,kata ibu.

“Saya teringat kata trainer saya lima tahun lalu bu. Ibaratnya memperkerjakan Hansip atau Satpam, ibu sudah bayar gajinya, apakah ibu merasa rugi ketika rumah aman tidak kemalingan?”, Jawab saya.

Si ibu masih mau fikir-fikir dulu katanya.

Di jalan, agen baru saya tanya “,Pak, kalau nanti nggak ‘closing’ bagaimana? Penawaran kita di atas kompetitor”.

Lebih baik kita tidak ‘closing’ penjualan, daripada kita ‘closing’ tapi nasabah tidak mendapat manfaat yang seharusnya dia harapkan.

Kita kerja bukan sekedar cari uang, kita cari berkah. Bantu orang mencapai tujuannya.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG