Seorang
jenderal menulis puisi mungkin banyak. Namun bila puisinya, dan bahkan
namanya, diabadikan di sebuah pulau barangkali itu rada luar biasa.
Adalah seorang pemuda cakap bernama Nami yang hidup pada masa pemerintahan dua raja di Korea, yaitu Raja Sejo (1417-1468) dan raja Yejong (1450-1469).
Pada usianya yang 17 tahun, Nami sudah menunjukkan bakatnya yang luar biasa pada strategi dan cara memenangkan perang. Dia masuk Akademi Angkatan bersenjata, dan berhasil menaklukkan beberapa kali percobaan pemberontakan.
Raja Sejo melihat Nami sebagai anak muda yang pantas mengemban jabatan sebagai Menteri Pertahanan di usianya yang belum genap 20 tahun.
Kemajuan dan prestasi, tak selalu menyenangkan hati orang lain. Ya kan?
Alkisah seorang menteri, Yu Ju Gwang, yang dekat dengan putra Mahkota Yejong, tidak suka pada pencapaian Nami. Ketika tahta beralih ke Raja Yejong, Yu Ju Gwang memfitnah Nami.
Nami, adalah panglima yang gagah namun melankolik. Ditulisnya sebuah sebuah puisi (puisi ini kelak akan diabadikan di sebuah batu, di sebelah makamnya):
"Jika seorang muda tidak dapat MEMBAWA KEDAMAIAN bagi bangsanya pada waktu berusia 20 tahun, maka siapakah yang pantas menyebutnya sebagai pahlawan".
Dengan culas, Yu Ju Gwang mengganti kata-kata "Membawa Kedamaian" menjadi "menguasai". Melaporkan puisi hasil modifikasinya pada raja muda Yejonh yang marah besar saat membacanya.
Panglima Nami terfitnah. Prestasinya tak berbunyi apa-apa lagi. Dia harus dihukum mati dengan cara ditarik dengan kuda ke lima penjuru mata angin, oleh lima kuda. Tubuhnya yang terbelah dikuburkan di tempat-tempat rahasia.
Tak lama Nami meninggal dengan cara yang tragis, Raja Yejong mangkat muda karena terkena penyakit.
Namun kebenaran selalu menemukan jalannya.
Seorang petani, menemukan potongan tubuh Nami, yang kemudian diurusnya dalam sebuah penguburan layak di sebuah pulau kecil di wilayah Chungheon. Dan, pada masa Raja Senjo berkuasa, tahun 1818 sejarah terungkap, Raja memberi gelar Jenderal Anumerta pada Nami.
Pulau itu kini terkenal dengan nama Pulau Nami. Pulau romantis yang menjadi lokasi syuting sinetron kondang Winter Sonata.
Jadi ingat, apapun pencapaian, prestasi kita selalu saja ada orang yang tak suka. Tapi kebenaran akan selalu menemukan jalannya.
— at JW Marriott Dongdaemun Square Seoul.
Adalah seorang pemuda cakap bernama Nami yang hidup pada masa pemerintahan dua raja di Korea, yaitu Raja Sejo (1417-1468) dan raja Yejong (1450-1469).
Pada usianya yang 17 tahun, Nami sudah menunjukkan bakatnya yang luar biasa pada strategi dan cara memenangkan perang. Dia masuk Akademi Angkatan bersenjata, dan berhasil menaklukkan beberapa kali percobaan pemberontakan.
Raja Sejo melihat Nami sebagai anak muda yang pantas mengemban jabatan sebagai Menteri Pertahanan di usianya yang belum genap 20 tahun.
Kemajuan dan prestasi, tak selalu menyenangkan hati orang lain. Ya kan?
Alkisah seorang menteri, Yu Ju Gwang, yang dekat dengan putra Mahkota Yejong, tidak suka pada pencapaian Nami. Ketika tahta beralih ke Raja Yejong, Yu Ju Gwang memfitnah Nami.
Nami, adalah panglima yang gagah namun melankolik. Ditulisnya sebuah sebuah puisi (puisi ini kelak akan diabadikan di sebuah batu, di sebelah makamnya):
"Jika seorang muda tidak dapat MEMBAWA KEDAMAIAN bagi bangsanya pada waktu berusia 20 tahun, maka siapakah yang pantas menyebutnya sebagai pahlawan".
Dengan culas, Yu Ju Gwang mengganti kata-kata "Membawa Kedamaian" menjadi "menguasai". Melaporkan puisi hasil modifikasinya pada raja muda Yejonh yang marah besar saat membacanya.
Panglima Nami terfitnah. Prestasinya tak berbunyi apa-apa lagi. Dia harus dihukum mati dengan cara ditarik dengan kuda ke lima penjuru mata angin, oleh lima kuda. Tubuhnya yang terbelah dikuburkan di tempat-tempat rahasia.
Tak lama Nami meninggal dengan cara yang tragis, Raja Yejong mangkat muda karena terkena penyakit.
Namun kebenaran selalu menemukan jalannya.
Seorang petani, menemukan potongan tubuh Nami, yang kemudian diurusnya dalam sebuah penguburan layak di sebuah pulau kecil di wilayah Chungheon. Dan, pada masa Raja Senjo berkuasa, tahun 1818 sejarah terungkap, Raja memberi gelar Jenderal Anumerta pada Nami.
Pulau itu kini terkenal dengan nama Pulau Nami. Pulau romantis yang menjadi lokasi syuting sinetron kondang Winter Sonata.
Jadi ingat, apapun pencapaian, prestasi kita selalu saja ada orang yang tak suka. Tapi kebenaran akan selalu menemukan jalannya.
Comments
Post a Comment