
Dia sekarang baru semester dua di Unpad, universitas negeri yang (harusnya) tak mahal-mahal amat biayanya. Tapi untuk sekedar menjadi gambaran bagi yang punya anak mau kuliah (atau mempersiapkan biaya anaknya untuk kuliah) bolehlah saya berbagi sedikit.
SEKARANG : Biaya SPP (atau sekarang istilahnya UKT) per tahun di Unpad, non Kedokteran, adalah sekitar Rp 12 juta per tahun. Karena anak saya perempuan, tempat kostnya -saya pikir- musti layak, kira-kira Rp 12 jutaan juga per tahun. Biaya hidup dia, termasuk uang untuk beli buku, fotokopi, kegiatan non kuliah sekitar Rp 30 jutaan per tahun.
Kalau dihitung rata-rata per bulan "biaya kuliah" sekitar Rp 4.5 jutaan. Itu setara gaji fresh graduate di sebuah perusahaan level menengah.
Alifa, anak saya ini, sudah menuliskan beberapa rencana yang mau dia lakukan dalan lima tahun ke depan. Buat apa? Ya buat persiapan biayanya.
Untuk itu dia kami minta mulai berinvestasi sendiri (bukan menabung!). Pakai Reksadana, yang gampang-gampang dulu.
Tadinya, dia hanya merencakan sesuatu yang perlu biaya sekitar Rp 75 jutaan, maka dia hanya berinvestasi memakai pola "Dollar Cost Averaging" sebesar Rp 350 ribu per bulan.
Kemarin dia sampaikan pengen punya motor, bekas nggak apa-apa, dia mau beli dengan mencicil, menyisihkan sebagian "uang jajannya".
Seperti biasa kami beradu argumentasi. Saya keluarkan Kalkulator Financial.
"Mbak Alifa hitung ulang, coba. Membeli motor artinya mengeluarkan uang Rp 700 ribu selama lima tahun (60 bulan), pada tingkat suku bunga 12% per tahun itu artinya mbak kehilangan peluang memperoleh keuntungan Rp 14,7 juta. Mau buang duit segitu hanya buat motor. Toh kalau terpaksa, naik ojek aja bisa",kata saya sambil menyodorkan hitungan dari "Compound Interest Calculator".
Dia kelihatan berfikir. Emaknya menambahkan ide, bagaimana halnya supaya saat 10 tahun lagi, asset Alifa bisa jadi 1 Miliar.
Maka, muncullah dialog yang saya screen capture ini. Dia hanya perlu menyisihkan Rp 4 jutaan per bulan. Secara disiplin.
"Jadi mendingan hidup fungsional ya pak", Pungkasnya menyetujui hasil diskusi.
Ya Nak, jangan terjerumus jadi anggota BPJS. Bujet Pas-Pasan Jiwa Sosialita. Keren penampilannya, glamor penampakannya. tapi keropos perencanaan keuangannnya.
Dress code ganti tiap hari, tapi giliran bicara asuransi dan investasi...ah, nanti... nanti.
Comments
Post a Comment