Skip to main content

INI IBU NORA, TANPA K


Kemarin kantor kedatangan tamu. Kantor yang saya maksud adalah kantor agency yang saya kelola. Sejak Layanan Langganan dipusatkan ke Jakarta, banyak nasabah datang ke kantor kami untuk dibantu klaim, pencairan manfaat tunai atau hal administratif lain.

Yang datang kemarin, sebut saja ibu Nora, tolong jangan tambahkan huruf K di belakang namanya.

Dari cara dia parkir mobil Pajero-nya yang rada seenaknya "makan jatah" dua mobil, dan cara dia memandang remeh orang di kantor, dan gayanya mengangkat-angkat tangan yang keberatan gelang krincing : sebenarnya huruf K di belakang namanya cocok juga.

Ibu Nora mau membatalkan polis yang dibuat suaminya. Saya perhatikan dari kejauhan, sekretaris saya mulai kesulitan menerangkan bahwa pembatalan polis harus dilakukan oleh yang bersangkutan (pemilik polis).

Diulang tiga kali, dengan pongah bu Nora bilang, dengan nada setengah berteriak ",Suami saya sibuk, lagian buat apa asuransi, saya nggak butuh. Duit suami saya cukup".

Saya dekati, saya memperkenalkan diri pada bu Nora. "Saya pemilik kantor ini, bu",kataku. Dia melunak, kelihatannya.

Lalu bu Nora menceritakan bahwa dia mau menutup Polis Asuransinya karena merasa nggak butuh. Suaminya pengusaha, kaya (kelihatan dari mobil dan aneka rupa bling-bling) yang dipakainya. "Duit suami saya cukup buat menghidupi saya, buat apa asuransi. Bayar asuransi buang-buang duit aja suami saya aja. Mending ditabung".

Saya lihat polisnya, UP nya lumayan, milyaran. Preminya ratusan juta juga per tahunnya. Penerima Manfaat? Bu Nora 100%.

Nampaknya walau bling-bling, "kurang satu ons" juga bu Nora ini.

Lalu saya buka gambar ini. "Bu, sebenarnya Polis ini adalah bukti cinta suami yang paling nyata". Dia bengong.

"Apakah ibu pernah tahu bisnis suami ibu apa saja, hutang-piutangnya pada siapa saja dan uangnya disimpan di bank dalam bentuk apa?" tanyaku. Dia menggeleng.

Bu, jangankan hutang usaha. Hutang kartu kredit suami ikut diwariskan lho ke Ibu. Itu jelas dalam pasal 1100 KUH Perdata. Ibu yakin harta warisan suami berkurang banyak untuk melunasin hutang? Dia mulai bengong, mikir.

"Tapi pak, suami saya cukup punya duit di rekeningnya",katanya mulai rada-rada lembut tapioka. Bikin batuk.

"Sekarang saya tanya sama ibu. Rekening suami dalam bentuk apa? Tabungan, giro, deposito, safe deposit box? Ibu tahu dimana letak sertifikat rekening itu disimpan sama Bapak?",tanya saya lagi.

Dia menggeleng lemah.

Saya sodorkan artikel ini : http://keuangan.kontan.co.id/news/ditolak-18-tahun-ahli-waris-gugat-bca.

"Dan ibu, peraturan Menteri Keuangan yang baru PMK no 19/PMK.03/2018 bilang, Baik rekening orang yang masih hidup maupun yang SUDAH MENINGGAL DUNIA harus dilaporkan ke Aparatur Pajak, artinya bahkan ahli waris yang sah masih harus menunggu untuk mencairkannya".

"Polis asuransi ini adalah warisan yang likuid, langsung cair untuk ibu, 100% serta tak ada kewajiban pencairan klaim dibagi menurut hukum waris. Itu kenapa saya bilang ini adalah bukti cinta suami pada ibu",tutup saya.

Walau kelihatan "kurang setengah ons" sepertinya bu Nora berfikir keras. Bimbang.

"Ya sudah mbak, saya nggak jadi batalin polis. Suami saya ini yang bayar preminya",katanya pada sekretaris saya.

Sambil sibuk mengangkat-angkat tangannya yang penuh gelang krincing, bu Nora berlalu.

Foto illustrasi adalah hak milik HukumOnline.com

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG