
Saya bergegas menelpon si Fulan. Dua kali terdengar nada sambung, tapi tak diangkat. Sorenya, saya menerima kabar dari staf yang lain, Fulan mundur (lebih pas-nya kabur) karena merasa terhina. "Manajer kok angkat-angkat dus es".
Fulan baru saya rekrut dua hari sebelum kejadian itu. Resumenya sangat meyakinkan. Lulus tiga tahun sebelumnya dari Institut tempat saya bersekolah, pernah magang di sebuah restoran waralaba, pernah jadi asisten dosen,
Ketika saya minta menyusun sebuah rencana bisnis sederhana untuk pengembangan MISTERBLEK, dia menyusunnya dengan sangat meyakinkan, dan bila bujet pemasaran saya waktu itu "unlimited" maka itu bakalan keren banget. Sayangnya karena keterbatasan bujet, saya bilang "Rencanamu hebat, tapi kurang realistis untuk kondisi MISTERBLEK saat ini".
Singkatnya, dia meyakinkan saya, dia akan menjadi karyawan TERBAIK yang saya miliki : muda, pintar, punya pengalaman hebat. Walau kenyataannya jauh panggang dari api.
Dan setelah itu, sampai sekarang, saya banyak ketemu Fulan-Fulan yang serupa dalam perjalanan bisnis saya. Kelihatannya berpotensi, pengalaman prestasi terhebat di tempat bekerja sebelumnya ...tapi KO pada awal-awal masa kerja.
Maka tadi saya menonton sebuah video ceramah Jack Ma. Dalam usaha, kita memang tak perlu mengharapkan yang terhebat dan terbaik yang mau bekerja dengan kita.
Yang perlu kita cari adalah yang "TERLAPAR" ... yang selalu dalam pencarian alias sanggup belajar, belajar dan belajar untuk perbaikan diri dan lingkungannya.
"Mempekerjakan orang terbaik (atau merasa terbaik) itu justru seperti menempatkan mesin jet pada traktor butut kita. Dia tak senang, kita tak bahagia. Alih-alih berjalan kencang, traktor kita justru tak bisa kemana-mana",kata Jack Ma.
Para Mesin jet ini, harus bertemu bodi jet. Makanya ketika dia memulai usahanya sendiri, dengan modalnya sendiri : para terbaik (atau merasa terbaik) ini malah jarang sukses.
Bahasa Jermannya : keponthal-ponthal.
Mantap mas bro. Thanks untuk pencerahannya.
ReplyDelete