
"Pak, mengapa anda mau mengambil resiko memulai sebuah usaha baru -dan itu usaha asuransi yang banyak orang meremehkan dan mencibir - saat satu usaha yang sudah dijalani sudah berjalan baik?", tanyanya.
"Pertanyaan yang sulit dijawab sebenarnya",kata saya. "Tapi oke, akan saya coba jawab".
Banyak masa sulit dalam hidup sudah saya lewati. Barangkali masa tersulit, dasar dari semua jurang kesulitan hidup adalah saat saya kuliah. Dan masa paling sulit itu bisa saya lalui dengan banyak tertawa dan aneka rupa kenangan.
Maka seperti bola basket, hidup saya dilemparkan ke atas, lalu jatuh dan memantul lagi ke atas. Maka seperti bola basket juga, bola dalam hidup saya tak akan berhenti memantul...ke atas, ke bawah, ke atas lagi hingga bola itu masuk ke keranjang/basket. Keranjang/basket itu adalah tujuan, goal, mission statement hidup saya : Sukses.
Mengapa orang banyak orang yang hidupnya "begitu-begitu" : tiap pagi bergerak di kemacetan untuk sore berada di gelombang kemacetan yang sama, lalu tanpa sadar sudah beruban dan tak sempat tahu bahwa dunia itu begitu luas dan indahnya. Saya kira, seperti bola basket, bila dia sudah tak lagi memantul, dia akan "terduduk" diam di pinggir lapangan. Tak bisa kemana-mana,
Memantul itu sakit. Tapi semakin tinggi tempat kita berasal, pantulan bola juga akan makin tinggi perginya. Namun, banyak orang yang takut menghadapi "rasa sakit" karena proses memantul itu, mereka takut oleh rasa takut yang mereka ciptakan sendiri. Takut miskin, takut lapar. Kadang kita suka lupa, sehingga ruang di hati kita hanya kita penuhi dengan kekhawatiran, tanpa menyisakan ruang untuk Sang Maha Penolong : Tuhan.
Maka, kembali lagi, Hidup itu soal pilihan. Kita mau menjadi bola basket yang memantul makin tinggi dan tinggi hingga masuk keranjang. Atau bola kempes, yang tak bisa memantul dan akhirnya teronggok di pojok lapangan. Tak berguna.
Comments
Post a Comment