Skip to main content

Manusia memang Aneh ...

Setelah saya mulai gencar "beraksi" bercerita kanan kiri soal pentingnya merencanakan keuangan keluarga, ada beberapa teman memberikan reaksi yang berbeda.

Beberapa teman merespon sangat positif, dengan bertanya lebih banyak. Mereka yang bertanya, umumnya mengalami kasus yang pernah saya alami dulu : sulit membedakan antara "mengeluarkan uang" dengan "mengumpulkan uang".

Tapi beberapa menjauhi, dengan berbagai alasan.  Paling banyak : takut dijadikan prospek untuk kemudian membayar sejumlah uang.

Nice Quote
Saya luruskan sedikit.  Kalau anda jalan-jalan ke Mall, kemudian bertemu dengan seorang -katakan - sales panci, biasanya reaksi anda adalah menghindar.  Karena sales itu memiliki "Mission Possible" membuat uang anda keluar untuk ditukar dengan panci.  Uang anda "hilang" (walaupun ditukar panci).

Mengambil polis asuransi berbeda bumi langit dengan membeli panci.  Anda membayar Premi asuransi bukan untuk memberi keuntungan besar pada Financial Planner yang menawari anda Program Asuransi, bukan pula membayar untuk sebuah benda yang ketika anda jual lagi akan turun nilainya.

Membayar polis asuransi, itu uang yang anda bayarkan akan kembali lagi, dalam bentuk jaminan pembayaran yang lebih besar dari uang yang yang anda bayarkan.  Contoh saja, membeli polis asuransi jiwa murni, pada usia -contoh- 30 tahun,  membayar 7 juta untuk premi tahunan, maka jaminan pembayaran asuransinya (bila kita "jatuh tempo" selama masa perlindungan) bisa sekitar 1,5 Milyar.  Mana ada orang bayar 7 juta, kalau meninggal ngasih warisan 1.5 Milyar.

Uang kita hangus kalau tidak ada kejadian resiko meninggal ?  Nggak juga sih.  Ini semacam beli payung mungkin.  Mau hujan atau enggak, payungnya kita miliki.  Setahun lagi -barangkali saat belum sempat dipakai- payungnya rusak apa berarti uang kita hangus?  Malahan, ini bayar Rp 7 juta, dikasih payung seharga Rp 1,5 Milyar.

Dan satu lagi, kini ada produk asuransi UnitLink yang menggabungkan antara Asuransi dan Proteksi, dengan tingkat pengembalian investasi jauh lebih baik daripada menyimpan uang di bank.  Uang anda setornya satu juta, ya masuk ke "rekening" anda di asuransi Sejuta, nilainya akan naik seiring kekuatan anda menahan diri untuk konsisten menabung.  Tak ada itu "kehilangan" uang karena memiliki polis asuransi.

Tapi, Manusia Memang Aneh ... 

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG