Skip to main content

Kabar dari Reuni

Senang sekali hari ini berada di tengah-tengah para senior yang sudah sukses.  Dulu mereka adalah atasan-atasan saya, kini mereka menjadi teman.

Tadi siang, saya nimbrung di silaturahmi kantor lama tempat saya pernah berkarir periode 1994-1998.  Rata-rata, teman yang hadir sudah di puncak pencapaian karir mereka.  Ada yang sudah menjadi Pemimpin Redaksi majalah ternama, blogger kenamaan bahkan ada yang menjadi calon Bupati sebuah kabupaten di Jawa.  Sebuah puncak prestasi yang didambakan semua manusia yang punya karir.

Tapi, kabar tak baik pun kami terima.  Tiga teman -dua diantaranya pernah menjadi atasan saya - sedang terbaring sakit di rumahnya.  Kabarnya, karena ketiadaan biaya, membuat beliau tak bisa dirawat di Rumah sakit sebagaimana mestinya.

Saya jadi menerawang jauh.  Tak perlu mempertanyakan mengapa itu bisa terjadi.  Tapi lihatlah diri kita sekarang. Saat masih memiliki penghasilan yang cukup, kita tak bersiap diri.

Saat anak mulai menyelesaikan sekolah, dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi : rasa pusing melanda. Saat sakit mulai mendera, dan harus masuk rumah sakit : rasa pening mendera.

Asuransi ? kebanyakan orang menghindarinya, lebih karena mereka tak memiliki cukup pengetahuan soal itu.   Padahal asuransi adalah salah satu solusi buat kita mendisiplinkan alokasi biaya terduga dan tak terduga. 
Lupakan soal perdebatan asuransi halal atau haram, toh kini sudah ada asuransi yang berbasis syariah.  Intinya sebenarnya cukupkah kita memiliki pengetahuan untuk "mendisplinkan" diri dengan asuransi.

Semoga kita semua termasuk orang yang memiliki pengetahuan, tapi tak terus mengingkarinya.  

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG