Skip to main content

Mengapa Asuransi (1)



Stefani Anggraita Sari dan dia biasa disapa dengan Stefani.  Seorang Profesional Financial Planner.  Karena profesinya itu, dia bertemu banyak calon klien, dank lien : dari berbagai latar belakang.  Dan ,pertanyaan sederhana, namun sulit untuk dijawab adalah saat calon klien menanyakan : Mengapa (saya harus punya) Asuransi ?
  
Dan Stefani pun menjawab.
Asuransi Jiwa.  Apa perlunya jiwa diasuransikan, kalau meninggal ya meninggal saja.  Buat orang yang sudah meninggal, harta kan tidak dibawa?  Betul.  Tapi ingat, saat pencari nafkah utama meninggal dunia, yang ditinggalkan harus tetap hidup, dan kalau bisa tetap sejahtera.  Kalau setiap bulan, saat pencari nafkah masih hidup, keluarga mendapat nafkah Rp 10 juta, maka saat pencari nafkah tiada uang Rp 10 juta itu harus tetap tersuplai.  Jadi, asuransi jiwa bukannya untuk melindungi jiwa, tapi melindungi ketersediaan nafkah orang yang ditinggalkan.

Asuransi Kesehatan. Ada yang mencibir bilang, memangnya kalau sudah punya asuransi kesehatan, tidak akan kena penyakit atau tak akan bisa sakit?  Maka cibiran itu bodoh belaka.  Saat anda sakit, maka aka nada biaya yang harus dikeluarkan.  Tak jarang, biaya yang dikeluarkan justru menguras uang yang sudah susah payah dikumpulkan.  Maka disanalah gunanya asuransi kesehatan.  Asuransi kesehatan bukan melindungi kesehatan anda, tapi melindungi uang yang sudah anda kumpulkan, agar tak terkuras bila anda sakit.  Lha kalau sehat bagaimana?  Ya disyukuri saja.

Asuransi Pendidikan.   Pendidikan gratis, masih sebatas bahan kampanye belaka.  Benar adanya, di beberapa daerah sudah menerapkan sekolah negeri gratis sampai SMA; tapi tetap saja membayar untuk buku, seragam dan kelengkapan sekolah lainnya.  Gratis bersyarat.  Dan sadarkah anda bahwa level strata pendidikan sedemikian terdegradasi.  Sepuluh tahun lalu, seorang management Trainee diambil dari lulusan S-1, kini tak bisa lagi, minimal S-2 bahkan S-3.  Biaya mencapai strata pendidikan S-1 saja, bisa mencapai ratusan juta.  Maka, itulah gunanya asuransi Pendidikan.  Bukan menjamin anak bisa diterima sekolah bagus, tapi menjamin anak mendapatkan sekolah bagus karena biayanya tersedia.

Tulisan ini dimuat di Rubrik Konsultasi Keuangan Keluarga, Radar Depok 23 Agustus 2013

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

TUHAN TAHU, TAPI MENUNGGU

Pernah ketemu orang yang "terjebak" di masa lalu?.  Kemarin saya ketemu orang model seperti itu. Menemani salah satu anggota team saya melakukan "Joint Field Work" (JFW),  kemarin kami ketemu dengan calon nasabahnya, seorang pria usia 42 tahun di sebuah warung kopi di daerah Cibubur. Team saya bilang, dia sudah tiga keli ketemu calon nasabahnya ini, namun belum berhasil meyakinkannya juga. "Masih mbulet, banyak pertanyaan, mas", Ujarnya. Maka saya putuskan melakukan JFW. Kami sudah tiba di lokasi setengah jam sebelum pertemuan, dan dia hadir 25 menit dari waktu yang dijanjikan. Kalau itu calon nasabah saya, sudah saya tinggal dari tadi. "sori, macet", katanya berbasa-basi. Seperti biasa, setelah diperkenalkan, saya mengeluarkan dua kartu nama. Kartu nama pertama ada logo MDRT (Million Dollar Round Table), sambil menyampaikan bahwa saya adalah agen yang menjadi anggota MDRT Internasional, organisasi elit pelaku industri asuransi. K