Skip to main content

PENSIUN BAHAGIA ATAU PENSIUN TETAP KERJA

Tadi malam, melalui watsap, masuk pesan dari seseorang yang mengaku dari sebuah perusahaan Event Organizer.
"Selamat Malam pak Basri. Saya dari PT ABCD. Tanggal 8 Mei 2018 kami mengadakan Seminar Kewirausahaan untuk Para Calon Pensiunan. Acara di Hotel CDEF, Surabaya. Mohon kesediaan Bapak menjadi Pembicara".
Diminta menjadi narasumber seminar Kewirausahaan bukan sekali dua kali saya terima. Dan kadang itu saya terima walau tanpa bayaran (dengan kondisi tertentu).
Namun, saya selalu menghindar atau menolak berbicara untuk para Calon Pensiunan.
Mengapa? Saya teringat ibu saya. Saya membayangkan beliau yang sudah pensiun masih harus bekerja, memulai sebuah usaha.
Memulai sebuah usaha/bisnis memerlukan memerlukan energi fisik dan pikiran yang besar. Seyogyanya memulai bisnis dilakukan anak-anak muda yang energi dan fikirannya masih prima.
Itu mengapa banyak orang tua yang "termakan" kredo para motivator abal-abal. Memulai bisnis saat mereka pensiun, pakai uang pensiun dan sisa energi yang sudah tak lagi seberapa. Akhirnya gulung tikar, uang yang sedianya buat dana pensiun ludes.
Itu mengapa saya selalu menolak. Saya membayangkan pensiunan seperti Ibu saya. Pekerjaannya fokus ibadah, pengajian, senam dan keliling menengok cucu. Duit buat hidup cukup.
Pensiunan tak seharusnya puyeng mengelola omzet usaha yang naik turun dan anak buah yang bolos kerja.
Pensiun bahagia, seperti ibu saya, ada caranya.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

TUHAN TAHU, TAPI MENUNGGU

Pernah ketemu orang yang "terjebak" di masa lalu?.  Kemarin saya ketemu orang model seperti itu. Menemani salah satu anggota team saya melakukan "Joint Field Work" (JFW),  kemarin kami ketemu dengan calon nasabahnya, seorang pria usia 42 tahun di sebuah warung kopi di daerah Cibubur. Team saya bilang, dia sudah tiga keli ketemu calon nasabahnya ini, namun belum berhasil meyakinkannya juga. "Masih mbulet, banyak pertanyaan, mas", Ujarnya. Maka saya putuskan melakukan JFW. Kami sudah tiba di lokasi setengah jam sebelum pertemuan, dan dia hadir 25 menit dari waktu yang dijanjikan. Kalau itu calon nasabah saya, sudah saya tinggal dari tadi. "sori, macet", katanya berbasa-basi. Seperti biasa, setelah diperkenalkan, saya mengeluarkan dua kartu nama. Kartu nama pertama ada logo MDRT (Million Dollar Round Table), sambil menyampaikan bahwa saya adalah agen yang menjadi anggota MDRT Internasional, organisasi elit pelaku industri asuransi. K