Skip to main content

YANG COCOK

Kemarin, saya mendapat amanah dari BRI Corporate University (BRI Corpsu) untuk berbagi pada sekitar 450 orang karyawan BRI dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia.Tentu menyenangkan mendapat amanah ini, karena dua jam sesi webinar ditutup dengan banjirnya pertanyaan di kolom chat. Ada satu pertanyaan yang saya rekam, karena menarik dan nyaris selalu ditanyakan saat sesi Webinar yang saya isi.

Pertanyaannya kira-kira berbunyi begini", Pak, pada musim Pandemi seperti ini, jenis asuransi apa yang cocok saya miliki?".

Jawab saya begini : Memiliki asuransi (jiwa) adalah bentuk dari kesadaran kita atas pekerjaan bernama Manajemen Risiko. Dimana, kapanpun risiko itu terjadi, kita sudah siap.

Artinya intinya berada pada kata PERSIAPAN, bila terjadi risiko kita siap membayar dampak finansial (baca : biaya) yang timbul akibat risiko tersebut. Pertanyaan di atas saya analogikan mirip dengan pertanyaan begini : saya memiliki mobil, kemarin mobil saya ditabrak motor sampai penyok-penyok. Asuransi apa yang cocok untuk dimiliki untuk mengcover penyok-penyok akibat tabrakan itu?

Maka jawaban atas dua pertanyaan tersebut sama : Tidak ada asuransi yang cocok. Karena pandemi dan tabrakannya sudah terjadi. Itulah harga sebuah penundaan.

Produk Asuransi yang baik untuk saat pandemi adalah produk yang sudah anda miliki sejak tiga atau empat tahun lalu. Sehingga ketika pandemi terjadi : sakit tetap dibayari atau saat kehilangan mata pencaharian bisa sementara ijin cuti bayar premi.

Kita sudah banyak diberi pelajaran oleh banyak sekali kejadian, artis yang tenar dan kaya raya harus meninggal dunia setelah kehilangan banyak hartanya karena sakit yang diderita. Karena artis beritanya ada di media, yang bukan artis tentu lebih banyak lagi...

Masalahnya, kadang kita malas belajar. Merasa, toh hidup baik-baik saja. Sampai kemudian "saat itu tiba", dari probabilitas : 1 banding 1 juta kejadian, eh kok 1 kejadian itu menimpa kita atau orang yang dekat serta kita kenal baik.

Dan, saat itu tiba, anda baru teringat isi webinar saya ...

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG