
Berangkat dari rumah, kami mau ke servis koper di daerah Cikini, dan lanjut meeting dengan calon nasabah di Pacific Place. Karena, dua janji itu kami berangkat lebih awal, jam 09.00. Supaya bila kena macetpun, kami tak terlambat.
Namun, jalanan hari ini bersahabat. Jagorawi sama sekali tak macet. Saya memutuskan keluar di Cawang, dan berniat lewat Kampung Melayu menuju Cikini.
Saya lupa, kalau plat mobil saya genap dan masuk ke jalur ganjil. Di perempatan BNN saya distop polisi. Pendek cerita saya musti mengeluarkan uang Rp 500.000,- untuk membereskan "keteledoran" yang tak perlu ini. Bayar denda tilang.
Sebelum kejadian ini, pas mau berangkat mudik dua minggu lalu, kami juga mengalami kejadian yang serupa : mengeluarkan uang ekstra di luar rencana.
Saat itu, untuk menghindari macet di Cikarang, saya sengaja keluar di pintu tol Cibatu menuju Jl Raya Kalimalang mengarah ke Karawang.
Di sebuah perempatan, mobil saya berhenti di sebelah kanan truk tronton. Saya mau belok ke kanan, truk mau ke kiri. Tak dinyana, lampu merah ke arah kiri nyala duluan dan truk di sebelah kiri saya bergerak. Karena panjangnya bodi dia, dia tak sadar "pantat" truk itu membelai kaca spion mobil saya. Pecah sih enggak, tapi dudukannya patah.
Walhasil, sampai Semarang saya musti merogoh kocek Rp 400.000,- untuk membereskan.
Dari dua kejadian itu, saya dan istri bergumam",Kita ini bekerja keras, dapat rezeki yang alhamdulillah cukup lumayan. Kita sudah keluarkan bagian yang menurut HITUNGAN KITA harus dikeluarkan karena merupakan hak orang. Tapi HITUNGAN LANGIT berbeda rupanya".
Saat dapat bonus menjelang lebaran kemarin, kami merasa sudah membayar lunas semua kewajiban kami. Tapi HITUNGAN LANGIT "bilang" ada Rp 400.000ribu lagi yang harus dikeluarkan. Mungkin kami sudah diingatkan, tapi kami lupa... Hingga akhirnya bagian dari rezeki yang menjadi hak orang lain itu "ditarik paksa" oleh tukang servis spion di Semarang melalui perantaraan belaian truk tronton.
Demikian juga hari ini. Kami merasa apa yang kami terima dari "gajian" tanggal 10 Juni kemarin sudah kami "bersihkan", tapi HITUNGAN LANGIT bilang, itu masih ada Rp 500.000 yang bukan hak kami (dan akhirnya dikeluarkan sebagai denda tilang).
Itu yang kami sadar sebagai pelajaran bahwa "Rezeki sudah ada takarannya". Artinya, kita harus kerja keras untuk mendapatkan rezeki yang besar. Tapi ada hitungannya dari yang kita terima itu harus dikeluarkan, karena itu hak orang lain.
Kalau kita ingat, kemudian hitungan kita dengan Hitungan Langit cocok, OTORITAS LANGIT tidak perlu memaksa duit itu keluar lewat yang namanya kecelakaan atau musibah.
Jadi, konsep "Rezeki sudah diatur" itu bukan berarti leyeh-leyeh dan berharap kita dapat duit jatuh dari langit : seperti kata orang-orang mager (males gerak) yang biasa saya temui.
Mau usaha sedikit, tapi pengen menang banyak. Ngimpiiiii....
Sampai ada seorang teman menulis di wall facebooknya : Jualan males, training ogah, tapi ketemu teman yang berprestasi (dapat reward dan komisi besar) bilangnya : Semoga nular ya...
Beb, ini bisnis bukan panu.
Comments
Post a Comment