"... saat mendirikan Bukalapak.com dari sebuah garasi kecil, kami percaya bahwa ini akan menjadi besar. Kami meyakini ekonomi internet adalah masa depan. Sayang pada waktu itu tidak semua berfikiran seperti itu," demikian jawab Achmad Zaky, Founder dan CEO Bukalapak.com.
Dan dia tak menyerah, walau saat itu orang berfikir dia aneh : berjualan kok pakai internet, bagaimana bisa, bagaimana akan jadi besar? Tapi dia jalan terus, get shit done ! Dan seeing is believing, ketika jamannya datang, bisnis (via internet) berkembang, banyak orang mulai berubah pikiran dan melihat internet secara serius.
Demikian juga kisah menarik soal Bukalapak, Tokopedia yang kontras dengan cerita jatuh bangunnya Bhinekka.com. Bhinneka, sudah ada sejak 1996, serta memutuskan masuk ke web tahun 1999. Tak langsung meledak, karena saat itu "jaman"-nya belum datang. Tapi kini kisahnya berbeda.
Acmad Zaky (Bukalapak.com), William Tanuwijaya (Tokopedia.com) adalah contoh orang-orang yang bisa membaca "tanda-tanda zaman". Mereka memulai bisnis dengan cara berbeda, tak biasa-biasa dan diluar arus utama (mainstream) -dengan resiko diejek, dicemooh orang karena aneh - tapi sebenarnya mereka sudah membaca tanda, bahwa suatu saat bisnis itu akan "meledak". Tercatat, tahun 2014 transaski perdagangan online mencapai Rp 34.9 Triliun dan tahun ini diperkirakan meroket 544% menjadi Rp 224,9 Triliun (Data dari bank Indonesia, sebagaimana dikutip Tabloid Kontan Desember 2015). Akhirnya orang-orang seperti Achmad Zaki dan William Tanuwijaya lah yang kiri menikmatinya. Karena mereka tak mau terjebak arus utama (mainstream).
Itulah salah satu jawaban mengapa saya terjun ke industri asuransi jiwa. Orang boleh sekarang mencibir atau meremehkan bisnis ini, tapi lihatlah bagaimana peta bisnis ini berubah total sejak pemerintah meluncurkan program BPJS Kesehatan. Lima tahun lalu, orang tak pernah berfikir bahwa dengan memiliki asuransi kesehatan bakalan meringankan biaya saat sakit (dan termasuk "masuk" Rumah sakit). Bahwa memliki asuransi kesehatan adalah (semacam) kebutuhan, bukan kemewahan. Kini BPJS Kesehatan diburu calon nasabahnya. Tapi, namanya pelayanan massal tentu tak bisa memuaskan semua penggunanya. Dan itulah peluang saya.
Ditambah lagi, data dari Boston Consulting Group yang dirilis oleh tabloid Kontan Desember 2015, mengatakan bahwa pada tahun 2013 jumlah kelas menengah di Indonesia menjacapai 74 juta orang. Pada tahun 2020, diprediksi menjadi 141 juta orang atau mencapai 54% jumlah penduduk. Artinya, peluang sudah terbuka, kalangan menengah ini adalah kalangan yang "open mind", punya duit, sadar kebutuhan serta melihat jauh ke depan. Memiliki asuransi bagi kalangan ini adalah sebuah kebutuhan, bukan lagi sekedar asesoris. Mereka tak lagi mau menikmati sekedar "pelayanan massal" yang kualitasnya seadanya, mereka ingin lebih.
Saya hanya menunggu zaman itu tiba, sambil merintisnya dari sekarang. Mendengarkan orang meremehkan, mencemooh itu sudah biasa, toh kemarin Achmad Zaky dan William Tanuwijaya mengalaminya (baca : http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141210165312-185-17281/kisah-pendiri-tokopedia-yang-sempat-diremehkan/ )
Pertanyaannya, anda sedang mempersiapkan zaman itu tiba (dan bakalan nanti menikmatinya), atau sekedar jadi penonton serta nanti tergilas ketika zaman itu tiba? Itu soal pilihan belaka.
![]() |
Sharing Semangat di sebuah Universitas Swasta di Semarang, Oktober 2015 |
Demikian juga kisah menarik soal Bukalapak, Tokopedia yang kontras dengan cerita jatuh bangunnya Bhinekka.com. Bhinneka, sudah ada sejak 1996, serta memutuskan masuk ke web tahun 1999. Tak langsung meledak, karena saat itu "jaman"-nya belum datang. Tapi kini kisahnya berbeda.
Acmad Zaky (Bukalapak.com), William Tanuwijaya (Tokopedia.com) adalah contoh orang-orang yang bisa membaca "tanda-tanda zaman". Mereka memulai bisnis dengan cara berbeda, tak biasa-biasa dan diluar arus utama (mainstream) -dengan resiko diejek, dicemooh orang karena aneh - tapi sebenarnya mereka sudah membaca tanda, bahwa suatu saat bisnis itu akan "meledak". Tercatat, tahun 2014 transaski perdagangan online mencapai Rp 34.9 Triliun dan tahun ini diperkirakan meroket 544% menjadi Rp 224,9 Triliun (Data dari bank Indonesia, sebagaimana dikutip Tabloid Kontan Desember 2015). Akhirnya orang-orang seperti Achmad Zaki dan William Tanuwijaya lah yang kiri menikmatinya. Karena mereka tak mau terjebak arus utama (mainstream).
![]() |
Iklan Peluang Bergabung bersama Agency saya (BHR Agency) melalui program ABPP |
Ditambah lagi, data dari Boston Consulting Group yang dirilis oleh tabloid Kontan Desember 2015, mengatakan bahwa pada tahun 2013 jumlah kelas menengah di Indonesia menjacapai 74 juta orang. Pada tahun 2020, diprediksi menjadi 141 juta orang atau mencapai 54% jumlah penduduk. Artinya, peluang sudah terbuka, kalangan menengah ini adalah kalangan yang "open mind", punya duit, sadar kebutuhan serta melihat jauh ke depan. Memiliki asuransi bagi kalangan ini adalah sebuah kebutuhan, bukan lagi sekedar asesoris. Mereka tak lagi mau menikmati sekedar "pelayanan massal" yang kualitasnya seadanya, mereka ingin lebih.
Saya hanya menunggu zaman itu tiba, sambil merintisnya dari sekarang. Mendengarkan orang meremehkan, mencemooh itu sudah biasa, toh kemarin Achmad Zaky dan William Tanuwijaya mengalaminya (baca : http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141210165312-185-17281/kisah-pendiri-tokopedia-yang-sempat-diremehkan/ )
Pertanyaannya, anda sedang mempersiapkan zaman itu tiba (dan bakalan nanti menikmatinya), atau sekedar jadi penonton serta nanti tergilas ketika zaman itu tiba? Itu soal pilihan belaka.
Comments
Post a Comment