Skip to main content

Brain Games, eps. Positivity

Di salah satu episode ‘Brain Games” yang ditayangkan National Geographics Channel ditayangkan sebuah eksperimen bagaimana dukungan dari lingkungan berpengaruh pada pencapaian prestasi seseorang.
 
Dipilih dua orang sebagai sampel. Seorang wanita muda, cantik, berambut pirang yang sama sekali tak bisa bermain basket, dan seorang lelaki, kulit hitam jagoan basket. Di pinggir lapangan, berdiri sepuluh orang “supporter” yang disetel kondisinya oleh periset acara ini. 
 
Pada sesi pertama, dua orang ini diminta melempar bola basket dari arena “three point” dengan mata tak ditutup. Si Wanita, sepuluh kali melempar bola, hanya berhasil dua kali memasukkannya melalui jaring, itupun mungkin kebetulan. Tapi walaupun banyak tak berhasil memasukkan bola, para “supporter” -diminta- menunjukkan sikap positif, memberi dukungan penuh. Lalu, berlanjut ke giliran Lelaki jago basket melakukan hal yang sama. dari sepuluh lemparan, sembilan kali bola nyeplos memasuki jaring. Berbeda dengan si wanita, supporter justru disetel untuk tidak memberi dukunga, justru mencemooh dengan kata-kata negatif.
 
Pada sesi kedua, kondisinya sama, diminta melempar bola sebanyak 10 kali, namun kali ini dengan MATA TERTUTUP. Si wanita, sepuluh kali melempar bola dan -sebenarnya- tak satu kalipun bolanya masuk keranjang. Namun supporter diminta berteriak gembira seolah bola itu masuk keranjang dengan mulus. Giliran lelaki jago basket yang melakukan, dari sepuluh kali lemparan -sebenarnya- ada empat lembaran masuk, namun para supporter justru berteriak huuuuuuu.... mencemooh seolah tidak ada satu lemparan pun yang berhasil. 
 
Pada sesi ketiga, mereka diminta melempar empat lemparan bola lagi. Si wanita -ajaibnya- bisa memasukkan bola sebanyak empat kali, dan si jago basket gagal total di empat lemparannya.
Di akhir sesi, mereka diminta memberikan kesan mengenai apa yang mereka lakukan. Si wanita, tadinya merasa minder, tak bisa, rendah diri. Tapi karena dukungan supporter, dia akhirnya -merasa- bisa melakukannya. dan ternyata dia bisa melakukannya dengan sangat baik. Sebaliknya si lelaki jago basket, merasa bahwa dia kehilangan kondisi terbaiknya ketika supporter mencemoohnya. 
 
Menonton episode Brain Games kali ini saya tersentak. Riset sederhana itu benar adanya. Saya banyak bertemu orang-orang yang -saya kira pandai, hebat, berpotensi- tapi mereka tak pernah berprestasi. Jangan lagi ditanya soal karya yang bisa dirasakan manfaatnya untuk banyak orang. Mereka tak berprestasi bukan karena kehilangan kepandaiannya, tapi karena berada di lingkungan yang negatif, lingkungan yang tidak melihat prestasi -sekecil apapun itu - patut dihargai. Semakin lama berada dalam lingkungan seperti ini, maka dia akan makin tenggelam.
 
Sebaliknya, saya juga banyak bertemu dengan orang “biasa-biasa” (yang kadang hidupnya banyak kendala) tapi bisa membuat prestasi besar karena berada di lingkungan yang berprestasi serta menghargai prestasi. 
 
Jadi, di lingkungan seperti apa anda berada -mungkin- menentukan akan sebesar apa prestasi anda, dan seberapa banyak hasil karya yang bermanfaat untuk orang lain. sangat menyedihkan berada di lingkungan orang-orang yang tidak membuat PRESTASI menjadi TRADISI. Hidupnya datar-datar saja, dan mati tenggelam dalam banyak angan tak sampai.
 
Salam sukses untuk anda, dan lingkungan (positif) anda.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG