Skip to main content

Buku "Membangun ISTANA di TENGAH PARIT"

Setiap bertemu teman yang membaca postingan saya di fesbuk dan path (dan memilih tidak komen, mungkin malu, gengsi atau berfikir bahwa komen di fesbuk bakal menyedot kuota internet), hanya dua hal yang mereka tanya : "Kok bisa nulis buku (lagi) dan buku ini tentang apa".

Bagi yang bingung mengapa saya tiba-tiba menulis seperti ini, karena hape-nya jadul banget sampai nggak bisa fesbukan, saya kasih tahu bahwa tanggal 30 Juni 2015 kemarin saya menerbitkan buku yang saya tulis bersama istri saya (bukan istri orang lain).  Sebagai bumbu tambahan, tanggal 30 Juni itu pas bertepatan dengan ulang tahun saya. 

Buat anda yang kepo, saya kasih tahu sekali lagi.  Pertama rajin-rajinlah pantengin akun fesbuk, path dan instagram saya.  Setelah itu komen-lah.  Komen di wall saya tidak akan menyedot kuota internet anda, kecuali, komennya sambil yutub-an.  Saya (dan istri saya, bukan istri orang lain )menulis sebuah buku berjudul "Membangun ISTANA di TENGAH PARIT".  Buku ini bukan buku teks tingkat tinggi yang tebalnya mengalahkan bantal kapuk saya sehabis dijemur.  Bukan. 

Buku ini adalah kumpulan cerita saya (dan istri saya, bukan istri orang lain) membangun bisnis kami saat ini.  Walau "background" nya adalah bisnis Agensi Asuransi, tapi saya bilang buku cocok bagi yang sedang memulai atau membangun bisnis apa saja.  Yakin, karena saya sebelumnya juga pernah membangun bisnis jualan kopi MISTERBLEK.  Sebagian cerita dalam buku ini sudah dimuat di beberapa media seperti koran HARIAN BOGOR, INILAH BOGOR dan beberapa portal yang bila saya sebut satu-satu bikin anda baca blog ini tak selesai sampai besok.  saking banyaknya.

Kiri ke Kanan : Saya, Ibu saya (bukan ibu orang lain) memegang buku "Membangun ISTANA di TENGAH PARIT" dan Istri saya (bukan istri orang lain)
Mengapa judulnya "Membangun ISTANA di TENGAH PARIT" ?  Di halaman muka, saya sudah tulis, menjadi Pra-Intro, bahwa membangun bisnis itu ibarat membangun istana.  Bisnis yang hebat itu ibarat istana yang megah.  Nah, bagaimana cara membangun bisnis yang indah, namun tak mudah goyah akan gangguan. Bikinlah parit yang berisi piranha dan buaya mengelilingi istana itu.  Kira-kira seperti itu.  Dalam buku ini saya isi cerita-cerita nyata ketemuan dengan nasabah, peserta training dan bahkan tetangga.  Ya, cerita-cerita sehari-hari yang kadang bikin saya bingung : kok bisa jadi tulisan (yang sebagian besar pembaca bilang inspiratif *sambil sisiran*).

Buku ini tak ada niat untuk menggurui.  Sama sekali enggak, justru buku ini diniatkan untuk refleksi- bukan pijat refleksi- berkaca yang semakin dibaca : saya, anda, kita semua yang baca merasa ditampar (waduh), maksud saya diingatkan dan diingatkan untuk terus menjadi lebih baik.  Hingga akhirnya bisa memiliki Istana di Tengah Parit.

Buku ini tebalnya hanya 150 halaman, harganya Rp 40 ribu per eksemplar (diluar biaya kirim).  Nah, menariknya, semua royalti yang menjadi hak kami -penulisnya- disumbangkan ke ASA Indonesia, sebuah gerakan sosial yang diprakarsai beberapa teman untuk membantu penyediaan sarana belajar bagi anak-anak di sekolah-sekolah yang terletak di daerah terbelakang. 

Jadi membeli buku ini, berarti membantu saya (dan istri saya, bukan istri orang lain) berbuat baik.  Untuk membantu saya berbuat baik, tinggal hubungi saya via whatsapp di 081286835759.  Terimakasih.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG