Skip to main content

INFLASI dan RESESI

 

Kemarin, di meja makan, karena hujan turun sehariansaya sekeluarga cuma "ngeriung" di meja makan. Menghadapi Martabak Kubang sambil diskusi ngalor ngidul, sampai anak saya nyeletuk", Pak, tahun depan katanya bakal Resesi Global. Apa yang musti kita lakukan supaya bisa bertahan?".


Menarik nih ... lalu saya bercerita.

Hari-hari omongan para pejabat sektor keuangan yang banyak dikutip oleh media adalah soal Potensi (bahaya) Inflasi dan Resesi. Hal ini diaminkan oleh para penggiat perencanaan keuangan di sosial media mereka.

Tapi, masih banyak diantara kita yang masih belum mengerti benar perbedaan Inflasi dan Resesi, sering ketukar dan bahkan bingung membedakannya.

Saya bilang pada anak saya", Bulan Juli 2022 lalu, kamu membawa uang Rp 10.000,- membeli bensin Pertalite dan kamu mendapatkan nyaris 1,5 liter. Hari ini uang yang sama, kamu belikan bensin yang sama hanya dapat 1 liter. Itu INFLASI".

Nah, karena perjalanan ke kantor membutuhkan bensin 1,5 liter, maka mau nggak mau saya musti menambahkan bujet untuk bensin Rp 500,- per hari. Dikalikan 20 hari kerja, itu setara Rp 10.000,- yang biasa saya belikan semangkok bubur di Hari Jumat. Karena uang buat beli bubur saya pakai buat nambahin beli bensin, maka tukang bubur kehilangan langganan setianya, karena ternyata ada 100 orang pelanggan tukang bubur yang nasibnya seperti saya. Dagangan Tukang Bubur tidak laku, itu namanya RESESI.

Dan RESESI yang dialami tukang bubur memicu Resesi juga di tukang beras (karena tukang bubur mengurangi atau bahkan lagi belanja), tukang ayam, tukang gas melon dan seterusnya.

"Lalu apa yang musti kita lakukan", Tanya anak saya lagi.

Sebentar, sebelum kita tahu apa yang harus kita lakukan, kita musti tahu dulu kita ini ada di strata ekonomi kelas apa.

Inflasi yang memicu Resesi akan dirasakan semua orang, di semua strata ekonomi tanpa kecuali. Namun Dampaknya berbeda.

Pertama, Dampak paling berat akan dialami oleh Strata Ekonomi Menengah Bawah. Mereka saat ini mungkin menggunakan 100% pendapatan mereka untuk Kebutuhan Pokok. Saat terjadi Inflasi, maka nyaris tak ada celah penghematan lagi, karena yang harus dipenuhi adalah kebutuhan pokok.

Dana Darurat, Tabungan? umumnya nyaris tak ada. Mereka akan terpukul sangat berat dengan pilihan : mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan pokok (porsi atau frekuensi makan dikurangi, misalnya) atau terpaksa berhutang untuk menambal kekurangan pendapatan. Alih-alih menambah penghasilan dengan "side job", yang banyak terjadi malah mereka terkena PHK.

Kedua, Strata Ekonomi Menengah. Mereka sedikit lebih bisa bernafas, karena sebelum inflasi dan resesi mungkin sekitar 70-80% pendapatan yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sisanya mereka bisa pakai untuk Gaya Hidup (belanja baju, tas, nge-mall) atau ada yang ditabung, diinvestasikan. Tergantung orangnya.

Maka pada strata ini menghadapi Inflasi dan Resesi bisa dilakukan dengan mengorbankan porsi Gaya Hidup atau menggerus tabungan atau Investasi. Jadi tak heran, kalau di Instagram masih banyak bertebaran foto-foto "healing" saat kondisi harga BBM sudah naik kan?

Ketiga, Strata Ekonomi Atas. Bagi mereka, Inflasi dan Resesi pada jangka waktu tertentu tak terlalu banyak berpengaruh. Bahkan bisa membuat mereka makin kaya. Lho Kok bisa?

Strata ekonomi ini paling hanya mengkonsumsi 25-30% dari pendapatan mereka untuk kebutuhan pokok. lebihnya banyak, bahkan untuk memenuhi Gaya Hidup mereka. Mereka bisa dengan leluasa berinvestasi dan mengerti caranya.

Saat Resesi, selain komoditas, secara umum barang investasi turun juga harganya (karena sepi peminat, kalangan menengah kehilangan kemampuan kan). Harga rumah didiskon, harga emas turun, harga saham anjlok. Bagi mereka -orang kaya- ini adalah kabar baik. Saatnya memborong barang investasi yang lagi diskon besar-besaran tadi. Saat resesi mulai sirna, mereka sudah menjadi orang yang makin kaya.

"Oh, jadi gitu ya pak. Jadi mengetahui di mana posisi kita, menentukan apa sikap kita ya pak", Sergah anak saya. "Oke, kalau begitu akan memilih BERFIKIR dengan cara orang kaya deh menghadapi resesi ini", lanjutnya.

Tidak panik, tetapi justru mengambil kesempatan baru.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG