Skip to main content

HIDUP HORIZONTAL

Kemarin Alifa Putri Anarghya berulang tahun. Tidak ada perayaan khusus, karena dia sibuk meeting dengan boss-nya evaluasi produk baru yang baru diluncurkan beberapa bulan lalu. Dia bertanggungjawab atas proyek itu.

Tapi, ada kado terbaik yang dia terima dari kampusnya. Sertifikat sebagai Lulusan Tercepat, dengan masa studi tak sampai 4 tahun. Maka piagam itu melemparkan ke masa empat tahun lalu, ketika dia diterima di Kampus itu. Saat pengumuman penerimaan mahasiswa baru melalui jalur tanpa tes, dia gembira. Namun terselip perasaan "gamang" karena beberapa teman gaulnya diterima di Universitas "Paporit". Dan saya selalu bilang", Bapakmu alumni IPB, IPB itu -katanya- universitas favorit, tapi nggak semua teman Bapak juga sukses kok. Kalau kamu tak bisa menjadi yang tertinggi nilainya, kamu bisa menjadi yang tercepat nantinya. Kesuksesan kita, kita definisikan sendiri".

Dalam masa perkuliahan, nilainya selalu bagus. Walau bukan yang terbaik di kelasnya. "Aman," kata saya. "Bapakmu dulu lulus sebagai Lulusan PMDK (Perhimpunan Mahasiswa Dua Koma). Yang penting kita lulus nanti nggak nyusahin dan jadi beban orang", Lanjut saya.

Semasa dia harus menjalani Praktek Kerja Lapang (PKL), teman-temannya bisa mendapatkan tempat PKL di pabrik-pabrik besar, dia memilih PKL di sebuah Start Up "kecil". Dia sempat sedih. Tapi justru tempat dia PKL itulah yang bisa "menghargai" kemampuannya. Karena sering berinteraksi dan berdiskusi dengan CEO-nya, dia akhirnya diterima di perusahaan itu -bahkan- sebelum wisuda.

Kemarin malam, sambil ngeriung, menikmati timus ubi, saya bilang", Semua perjalananmu sampai kamu lulus memberi pelajaran bahwa sebaiknya kita menjalani Hidup yang Horizontal.

Hidup Vertikal akan membuat saat kita rangking dua, kita merasa "kalah" karena ada si rangking satu, dan merasa "jumawa" karena ada si rangking tiga. Padahal kita memiliki banyak sekali potensi, bakat, kemampuan di luar pencapaian kita sebagai si rangking dua.
 
Jadikan setiap tahap kehidupan untuk menambah wawasan dan mencari teman (bukan teman yang sekedar cari untung). Banggalah bisa berteman dengan orang-orang yang sudah memiliki prestasi, tanpa harus terintimidasi. Karena mereka berprestasi -mungkin- juga ada peran kita walaupun kecil. Demikian juga sebaliknya.

Hidup horizontal lebih membuat kita lebih mudah memaknai hidup, bersyukur dengan kebahagiaan hakiki kita sebagai manusia yang di samping punya kekurangan juga pasti punya banyak kelebihan.
Hidup Horizontal mendefinisikan sukses menurut ukuran kita sendiri dan berusaha terus melakukan apa yang orang lain sulit atau tak bisa lakukan.


Menulis buku, misalnya ...

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG