Skip to main content

JAS HUJAN GAMMARAAS


Memiliki banyak teman (satu tim di BHR maupun sesama pelaku di Industri Asuransi) membuat saya memiliki banyak sekali cerita. Dan yang akan saya ceritakan, adalah kisah dari salah satu teman satu tim di BHR.

Hari kedua lebaran, sebut saja teman saya ini bernama Budi (tentunya ibunya bernama Ibu Budi, adiknya mungkin bernama Wati) sedang ngobrol-ngobrol santai bersama keluarga.

Tiba-tiba handphone-nya berdering. Ada telepon masuk dari salah satu calon nasabah yang pernah ditawarinya asuransi kesehatan.

Calon nasabah ini sudah empat lima kali dikunjunginya, tapi hingga kunjungan terakhir : masih menolaknya. "Kamu nawarin "Payung", Bud. Aku sudah punya "Jas Hujan", jadi aku nggak perlu Payung yang kamu jual. Dan InsyaAllah aku sehat-sehat aja lah", Demikian dalih si calon nasabah ketika dulu ditawari program asuransi kesehatan ( ini yang dia maksud : payung). Budi tak memaksa.

Melihat nama yang tertera di layar handphone, Budi langsung bergumam", Tumben nih si Bapak nelpon". Diangkatlah panggilan itu.

Ternyata yang terdengar suara isak seorang wanita, istri si calon nasabah.

"Mas Budi, tolong dibantu suami saya dimasukkin asuransi kesehatan yang dulu mas tawarin", Katanya sambil terisak.

Jadi ceritanya, calon nasabah yang menolak ini - saat istrinya menelpon - sudah empat hari berada di Rumah Sakit karena terpapar COVID.

Pada hari kedua lebaran itu, kondisinya drop karena sesak nafas akut. Dokter meminta keluarga menyediakan obat bernama "Gammaraas". Setiap hari dibutuhkan 1 box yang berisi 13 ampul.

Keluarga dengan sigap mencari tahu harga obat ini. Tapi dokter sudah mewanti-wanti, harga obat ini per box nya sekitar Rp 100 jutaan. Si calon nasabah memerlukan minimal 2 box. Artinya Rp 200jutaan. Mendengar cerita ini pun saya langsung googling, di beberapa artikel (bahkan marketplace) menyebut harganya Rp 60-70 jutaan per box.

Mendengar angka itu, keluarga panik... Dan menelepon Budi yang tak bisa lagi membantu apa-apa lagi kecuali doa.

Saya tak mau meneruskan ceritanya, karena pasti ada diantara anda yang mikir : ah, ini jualan.

Jadi saya hentikan saja cerita ini, dan anda bisa simpulkan sendiri sesuai imajinasi masing-masing.

Terutama soal "jas hujan" tadi, yang ternyata tak bisa untuk membayar Gammaraas saat waktunya dibutuhkan ...

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG