
Ya, namanya Ilham. Usianya 32 tahun (setidaknya itu pengakuannya). Dia menjalani "double job" untuk menghidupi istri dan dua anaknya yang masih balita. Pagi keliling dengan sepeda onthelnya menjual donat kentang, sore hingga menjelang maghrib melayani panggilan sebagai Tukang Pijat khusus untuk Bapak-bapak.
Saya adalah salah satu pelanggan Donat Kentang Ilham, terutama pas Sabtu-Minggu karena pagi hari masih ada di rumah.
Ilham adalah salah satu orang, diantara jutaan orang di negeri saya yang terdampak secara ekonomi oleh pandemi Covid. Dia tak bisa lagi memijit, jelas, karena aturan "social" serta "physical distancing".
Hari minggu lalu, pagi saat saya menyapu daun di halaman, Ilham lewat. "Masih tetep jualan, Ham?" Tanya saya.
"Masih, pak. Kalau nggak jualan saya makan apa. Lagi nggak ada order mijit", Jawabnya.
Saya putuskan membeli donatnya, dan saya longok isi dalam wadahnya, donat yang dia jual masih penuh. Tidak seperti minggu-minggu yang biasa, dimana saya hanya kebagian sisa.
"Kok masih banyak, Ham",Tanya saya lagi padanya.
Ilham bercerita. Kondisi saat para pegawai diminta "Work From Home" membuatnya makin sulit. "Saya ngerti pak, kalau -terutama- para ibu (atau bapak) karena biasanya kerja, lalu kerja di rumah banyak waktu terus bikin kue untuk anak-anaknya", Katanya.
"Tapi, bikin kue pasti tidak tiap hari. Selain biaya juga ada "capek dan bosannya", Sambungnya.
"Lalu?", Samber saya, penasaran.
Omzet turun drastis karena di saat musim WFH ini dia harus bersaing dengan "orang pinter dan bermodal", yang justru seharusnya membantu dia.
Ilham bercerita, ada pelanggannya di Kompleks tempat saya tinggal juga, yang berhenti beli donatnya karena ada teman sekantornya (bayangkan orang kantoran, pasti berpendidikan, "skillful") yang jualan donat juga saat WFH. Dan si ibu beli donat pada temannya karena "rasa sungkan" : teman jualan kok nggak dibeli.
Teman, izinkan saya berbicara atas nama Ilham.
Di saat sulit seperti ini, seharusnya kita yang memiliki pendidikan, kemampuan, skill tinggi membantu orang-orang seperti Ilham, jangan justru menjadi pesaing dan menutup jalan rezeki dia.
Saya tahu, akan ada yang berdalih : Rezeki kan sudah ada yang mengatur. Tapi, ya... Sadar dirilah. Contoh yang selama ini jadi Agen Asuransi (atau sering menyebut dirinya Financial Consultant) : dilatih, ditraining setiap hari tentang Perencanaan Keuangan dan skill tingkat tinggi lain, maka manfaatkan "Skill tingkat tinggi"-nya itu untuk mendapatkan pendapatan serta memanfaatkan sebagian pendapatannya untuk membantu Ilham dengan cara membeli dagangannya.
Saya prihatin, justru saat pandemi seperti ini, orang-orang seperti Ilham bukan "dibunuh" oleh virus, tapi oleh kita : orang-orang yang seharusnya memiliki kemampuan dan skill untuk membantunya.
Yuk, sekali lagi atas nama Ilham, teman-teman saya satu profesi : para financial consultant, agen asuransi, manfaatkan skill tingkat tinggi kita untuk membantu banyak orang. Dengan "skill" dan pengetahuan yang kita miliki , Kita bisa bikin sesuatu yang jauh luar biasa daripada sekedar ikut-ikutan jualan donat kentang.
Jangan justru jadi penjual donat kentang yang mematikan Ilham. Kasihan Ilham dan Ilham-Ilham lain di luar sana.
Mohon maaf bila ada yang tersinggung, saya tak bisa menyenangkan hati semua orang. Sekian.
Comments
Post a Comment