Skip to main content

Ini Rahasia Saya ...

"Ngapain sih repot membuat perencanaan keuangan, Orang tua kita dulu tak perlu merencanakan keuangan, punya asuransi, berinvestasi tapi bisa tuh nyekolahin kita sampai selesai", sergah seorang teman.

Oke, itu benar.  Tapi ingat jaman orang tua kita dulu, kita tak pakai pulsa, tak butuh kuota internet bahkan tak pakai handphone.  Jaman itu belum macet, pakai sepeda atau bemo semua tujuan bisa dicapai dengan gampang.  Makanan yang penting 4 sehat 5 sempurna, tak ada (godaa) steak dan pizza. 

Jaman orang tua kita dulu tak stress, karena pendapatakan cukup (walau tak berlebih).  Perjalanan dari rumah sampai kantor tak makan waktu sampai 30 menit, bahkan bial jalan kakipun belum sempat keringetan.  Rekreasi bukanlah kebutuhan.  Tak perlu ada bujet rekreasi ke Ancol atau bahkan keluar negeri.

Tapi sekarang ?

Inflasi terbesar terjadi di dunia Layanan Medis dan Pendidikan.  Jadi berapapun tabungan kita, tak akan cukup untuk mengikuti biaya di atas.  Sudah tahu kan "bunga" deposito kita belum bisa lebih dari 6 % per tahun (nett), sedangkan inflasi mencapai 8% per tahun.  Sedangkan inflasi biaya Layanan Medis hampir mencapai 15% per tahun.  Sedangkan faktanya, sekarang untuk bisa menabung saja sulit.

Lalu pertanyaannya, bagaimana cara "mengakali" situasi seperti itu ?

Alhamdulillah, setiap tahun, kami sekeluarga tetap bisa jalan-jalan, sekali ke luar Indonesia dan (minimal) sekali di Indonesia saja.  Bukan karena kami kaya raya, sama sekali bukan.  Kami hanya mengikuti resep yang diajarkan para Financial Consultant.

Dulu kami diajarkan bila memiliki pendapatan Rp 1000,- maka sisihkan 10 % Proteksi jiwa dan kesehatan, 10 % untuk masa depan (investasi), serta sisanya untuk dinikmati.  

Proteksi jiwa bukan berarti kita membuat diri kita kebal mati atau punya nyawa dobel.  BUKAN.    Proteksi Jiwa memastikan bahwa saat kita tak lagi bisa menghasilkan uang, proteksi itulah yang menutup, alias DANA WARISAN.  Jadi dengan proteksi jiwa, kita memastikan bila saat ini harga kita Rp 100.000,- dan kita memiliki 3 nyawa yang harus kita tanggung, maka minimal setiap orang harus kebagian Rp 100.000,- dan BUKAN harta Rp 100.000,- dibagi bertiga.  Sehingga kita tak meinggalkan kemiskinan atau penurunan gaya hidup.  Apalagi bila kita saat ini memiliki banyak kewajiban hutang (cicilan), jangan sampai hutang/cicilan itu yang kita tinggalkan sebagai warisan.

Proteksi kesehatan memastikan harta yang sudah susah payah kita kumpulkan tak berkurang untuk membayar biaya Layanan Medis yang tiap tahun pasti naik.

Bersantai bersama istri di The Bund, Shanghai-China (2013)
Lalu soal investasi. banyak yang bilang ",Ah boro-boro untuk investasi, untuk makan sehari-hari saja sulit".  Tapi faktanya, tiap hari makan siang ramai-ramai dengan teman sekantor di restoran, serta setiap minggu bisa selfie di tempat rekreasi".  Investasi bukan soal jumlah uang semata, tapi juga kedisiplinan.  Investasi di "tempat" yang benar, dalam jangka waktu yang tepat tak cuma mempertahankan jumlah uang, tapi juga bisa melipatgandakannya.  Pilihannya bisa di logam mulia, property, obligasi, saham serta Reksa Dana.

Saya adalah "penggemar" investasi melalui instrumen Reksadana.  Mengapa ? karena aman, mudah diakses, bisa dimulai dengan "modal" relatif kecil, likuid serta hasilnya cukup menjanjikan.    Saya kombinasikan instrumen reksadana saya dengan instrumen jangka menengah dan panjang.  Nah, uang yang dipakai jalan-jalan adalah hasil/RETURN dari reksadana itu, bukan dari pendapatan usaha.  Bayangkan, saya memiliki satu instrumen reksadana saham yang dalam setahun bisa memberikan return hingga 18,52%.  Kalau bicara pendapatan sih sudah habis terpakai setelah disisihkan menurut saran Financial Advisor di atas.

Nah, kalau ada yang merasa kok pendapatan selalu habis tanpa sempat menyisihkan, PASTI itu hanya soal kedisiplinan.  Pendapatan saya, bisa jadi, jauh lebih kecil dari pendapatan anda.  Tapi saya -mencoba- berdisiplin menyisihkan untuk proteksi dan masa depan.   

Anda ingin ikut mengikuti pengalaman saya?  Bisa kontak saya di 081286835759, soal kegunaan program asuransi (untuk proteksi) dan Reksa dana untuk investasi.

Comments

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG