Di sebuah forum diskusi asuransi, seorang calon klien mengajukan pertanyaan "Apakah kira-kira asuransi kesehatan yang cocok untuknya".
Maka bermunculan agen-agen asuransi dari berbagai perusahaan menawarkan produknya. Sebagian besar menawarkan "keunggulan" premi murah. Bahkan ada yang berani menawarkan Premi hanya (dibawah) Rp 200 ribu per bulan.
Menjual Produk Asuransi Kesehatan bukanlah sekedar "Jual Putus", seperti menjual Chitato di warung. Nasabah bayar, Chitato diterima, bungkusnya dibuka, isinya dimakan dan nasabah kenyang (dan pergi dengan senang).
Menjual produk asuransi kesehatan itu, ketika nasabah bilang oke dan perusahaan asuransi menyetujui, maka sebenarnya agennya sedang mengucapkan "ikrar menikah" dengan nasabahnya itu. Karena kalau nasabah sakit : kapanpun, dimanapun, agennya harus siap membantu : minimal dengan informasi. Kata Sevel, stand by 24/7, 24 jam sehari-7 hari seminggu.
Lalu, bayangkan, dengan premi "hanya" Rp 200ribu per bulan, komisinya sekitar Rp 50-60ribuan. Untuk bisa hidup layak dengan pendapatan setara UMR, sang agen musti memiliki 60-70 nasabah per tahun (itupun dengan asumsi nasabah datang sekaligus di bulan pertama).
Bayangkan, pendapatan setara UMR harus "menikah" dengan 70-an nasabah yang Limit Asuransinya pasti mepet, dan potensi komplain-nya tinggi. Kemungkinnya cuma dua : agennya bertahan dalam derita berkepanjangan atau Muntaber (mundur tanpa berita) meninggalkan nasabahnya kebingungan.
Menurut saya itulah mengapa "image" agen asuransi masih belum membaik. Itu juga membuat Industri Asuransi belum bisa memberikan Layanannya terbaiknya, karena :
1. Agen asuransi menjual sesuatu yang tidak dia miliki atau tidak seharusnya dia jual. Misalnya produk tabungan dan investasi.
2. Agen asuransi justru tidak menjual Manfaat pasti yang dia miliki, yaitu Uang Pertanggungan dan Manfaat Proteksi lainnya.
3. Agen asuransi mengejar nasabah masuk, tapi tak memikirkan "After sales service"-nya. Mereka lupa bahwa dia akan "menikah" dengan nasabahnya, sampai dia atau nasabahnya meninggal (mana duluan)
4. Alih-alih menawarkan atau memberi servis
terbaik agen hanya sekedar menjual "premi murah" tanpa sadar bahwa dari bagian premi bernama komisi dia hidup, dan tak sadar bahwa premi murah, selain komisinya kecil juga berarti banyaknya batasan untuk nasabah.
2. Agen asuransi justru tidak menjual Manfaat pasti yang dia miliki, yaitu Uang Pertanggungan dan Manfaat Proteksi lainnya.
3. Agen asuransi mengejar nasabah masuk, tapi tak memikirkan "After sales service"-nya. Mereka lupa bahwa dia akan "menikah" dengan nasabahnya, sampai dia atau nasabahnya meninggal (mana duluan)
4. Alih-alih menawarkan atau memberi servis
terbaik agen hanya sekedar menjual "premi murah" tanpa sadar bahwa dari bagian premi bernama komisi dia hidup, dan tak sadar bahwa premi murah, selain komisinya kecil juga berarti banyaknya batasan untuk nasabah.
Maka adalah impian belaka, bahwa seorang agen asuransi yang tidak sejahtera akan memberikan pelayanan terbaik buat nasabahnya. Menolong diri sendiri saja sulit, apalagi mau menolong orang lain.
Itu menurut pengamatan saya. Boleh setuju, boleh enggak sih...
** Infografis ini milik Detik.com.
Yuk baca juga artikel di Slimsblog
ReplyDelete