Skip to main content

SATPAM PELIPAT GANDA UANG


Masih dengan Bank yang sama, hanya saja kemarin sesi Webinar "Temu Nasabah Prioritas" untuk Nasabah mereka di wilayah Kanwil 2, Greater Jakarta.

Ada pertanyaan mendasar yang dilontarkan salah satu peserta yang namanya menyerupai Menteri Keuangan kita, ibu Sri Mulyani. Atau jangan-jangan itu kemarin bu Menteri ya...
"Saya mau ada produk asuransi jiwa yang tak membuat saya rugi?", Demikian tanyanya.
Saya bingung dan bertanya," Maksud Ibu rugi, apa ya?".

"Ya pak, ada nggak produk asuransi yang tidak membuat uang kita berkurang?", Lanjutnya.
Maka saya bercerita.

Ibaratkan Ibu memiliki sebuah rumah, yang rumah itu dan isinya bernilai Rp 1 Miliar. Karena rumah dan isinya itu sangat berharga, ibu mau merekrut Satpam untuk menjaga rumah itu.
Ibu nggak ngerti cara merekrut Satpam, maka ibu mencari Agen Penyalur Satpam. Singkat cerita, Agen Penyalur Satpam sudah bekerja dengan baim serta menerima Fee dari jerih payahnya. 

Pak Satpam sudah tersedia dan dia mulai bekerja menjaga rumah Ibu, siang dan malam. Ada maling digebah, ada rampok digebuk.

Dalam perjalanan waktu, nilai rumah dan isinya makin naik. Demikian juga Satpam, seiring makin lama dia kerja pada kita makin hebat skillnya juga gajinya makin naik pula. Biaya yang ibu keluarkan untuk gaji Satpam itu pasti akan bertambah.

Nah, NilaI Rumah itu adalah "Nilai Ekonomi" Ibu. Fee yang dibayarkan pada Agen Penyalur Satpam adalah "Biaya Akuisisi". Dan Gaji bulanan Satpam adalah "Biaya Asuransi".
Mau ada maling atau enggak, biaya akan tetap dikeluarkan. Kalaupun tak ada maling sepanjang tahun, gaji Satpam tak mungkin kita tagih balik. Namun, kita mendapatkan ketenangan hati, karena kapanpun maling datang, Satpam itu sudah siap sedia di rumah kita.
"Itulah hakekat cara kerja asuransi, bu", Kata Saya.

Dalam asuransi ada biaya yang memang ibu harus keluarkan. Karena unsurnya biaya, pasti membuat uang ibu keluar atau terkurangi.

Kalau mau meningkatkan nilai atau jumlah uang pakailah instrumen investasi.
"Lho unitlink kan ada investasinya pak", Sanggah bu Sri.

Betul. Tapi investasinya dimaksudkan agar "gaji satpam" yang ibu bayarkan Tetap/Flat nominalnya sepanjang masa kerjanya, padahal riilnya gaji yang kita bayarkan naik. Jadi investasi itu pasti akan terkurangi oleh biaya-biaya, pasti ada kurangnya.
Perintahkan Satpam untuk menjaga "uang", jangan minta Satpam untuk melipatgandakan uang.

"Jelas sekali pak", Jawab bu Menteri, eh bu Sri.

Comments

  1. Satpam hanya bisa melipat uang dalam dompet, alih alih menyimpan agar tdk habis dan bukan menggandakan haa.ha...ha...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

MAU JUAL GINJAL? BACA SAMPAI SELESAI !

Sudah dua tahun tak bertemu, seorang teman mengirimkan "broadcast message" (BM) di perangkat Blackberry saya. BM-nya agak mengerikan : dia mencari donor ginjal untuk saudaranya yang membutuhkan. Soal harga -bila pendonor bermaksud "menjual" ginjalnya bisa dibicarakan dengannya. Membaca BM itu, saya teringat kisah pak Dahlan Iskan dalam bukunya GANTI HATI. Dengan jenaka beliau bercanda, bahwa kini dia memiliki 2 bintang seharga masing-masing 1 milyar, satu bintang yang biasa dia kendarai kemana-mana (logo mobil Mercedez) dan satu bintang jahitan di perutnya hasil operasi transplatasi hati. Ya, hati pak Dahlan "diganti" dengan hati seorang anak muda dari Cina, kabarnya harganya 1 miliar. Lalu, iseng-iseng saya browsing, dan ketemulah data ini, Data Harga organ tubuh manusia di pasar gelap (kondisi sudah meninggal dibawah 10 jam, sumber :http://namakuddn.wordpress.com/2012/04/27/inilah-daftar-harga-organ-tubuh-manusia-di-pasar-gelap/) 1. Sepasang bola mata: U

KAN SAYA MASIH HIDUP ...

“Harta, sebenarnya belum bisa dikatakan pembagian harta karena saya masih hidup. Tetapi saya tetap akan membagikan hak mereka masing-masing sesuai dengan peraturan agama,” ujar ibu Fariani. Ibu Fariani adalah seorang ibu dengan empat orang anak yang baru saja ditinggalkan suaminya Ipda Purnawirawan Matta. Almarhum meninggalkan harta waris berupa tanah, rumah dan mobil senilai Rp 15 Miliar. Pada bulan Maret 2017, ketiga anak ibu Fariani mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Agama Kota Baubau, Sulawesi Tenggara dengan nomor 163/ptg/ 2013/PA/2017, yang inti gugatannya : Meminta bagian mereka selaku ahli waris yang sah atas harta waris almarhum ayah mereka. Dunia makin aneh? Anak kurang ajar? Tidak. Banyak orang yang memiliki pendapat seperti ibu Fariani, sebagaimana yang saya kutip di paragraf pertama di atas. Pendapat yang KELIRU. Begitu seorang suami meninggal dunia, maka hartanya tidak serta merta menjadi miliki istri atau anak-anaknya. Harta itu berubah menjadi h

CERITA 19 EKOR SAPI

Dul Kemit, Dede dan Khomsul datang ke rumah pak Lurah sambil bersungut-sungut. Mereka mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pak Lurah menyambut mereka, dan tiga bersaudara ini menyampaikan masalahnya. Ayah Dul Kemit, Dede dan Khomsul baru saja meninggal seminggu lalu. Ceritanya, almarhum ayah meninggalkan WASIAT bahwa 19 ekor sapi yang ditinggalkan dibagi untuk mereka bertiga dengan porsi : Dul Kemit 1/2 bagian, Dede 1/4 bagian dan Khomsul 1/5 bagian. Pak Lurah pusing menghitung pembagiannya, karena pesan almarhum adalah saat membagi : sapi tidak boleh disembelih, dijual atau dikurangi. Untuk itu dia minta bantuan pak Bhabin dan Babinsa. Lalu pak Bhabin bilang", Sapi ada 19. Mau dibagi untuk Anak pertama 1/2, anak kedua 1/4 dan anak ketiga 1/5 tanpa menyembelih, tanpa mengurangi". Ketiga bersaudara itu menangguk-angguk. "Oke kalau begitu, supaya tidak berantem, saya akan sumbangkan satu ekor sapi milik saya untuk MENGG